Datasets:
title
stringlengths 3
13k
| url
stringlengths 26
465
| content
stringlengths 61
81.8k
| summary_content
stringlengths 49
7.5k
|
---|---|---|---|
Kekuatan Ikhlas dan Potret Ulama Salaf dalam Keikhlasan | https://muslim.or.id/78151-kekuatan-ikhlas-dan-potret-ulama-salaf-dalam-keikhlasan.html | Daftar Isi Allah berfirman, Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan amal (ketaatan) kepada-Nya dalam menjalani agama yang lurus, mendirikan salat, menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5) Allah juga berfirman, ࣰ Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab dengan benar. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya. (QS. Az-Zumar: 2) Allah pun berfirman memerintahkan kepada Nabi-Nya, ࣰ Katakanlah, Sesungguhnya Aku diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya semata. (QS. Az-Zumar: 11) Dari Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung pada niat. Maka, barangsiapa yang berhijrah dalam rangka memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya benar-benar akan mendapatkan balasan berhijrah menuju Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan dunia atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya akan memperoleh apa yang dia niatkan saja. (HR. Bukhari dan Muslim) Baca Juga: Fatwa Ulama: Fawaid Seputar Surat Al Ikhlash Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya orang yang pertama kali akan diadili pada hari kiamat kelak adalah seorang yang berperang untuk mencari mati syahid di jalan Allah. Kemudian dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya (di dunia) , maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, Apa yang sudah kamu kerjakan dengan nikmat-nikmat itu? Dia menjawab, Aku telah berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid. Allah menjawab, Kamu dusta! Sebenarnya kamu berperang karena ingin mendapatkan pujian sebagai seorang yang pemberani, dan hal itu telah kamu dapatkan. Lantas Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup dan dia pun dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya, seorang lelaki yang telah diberikan kelapangan rezeki dan dikaruniai beragam harta benda. Dia juga dihadirkan, dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Dia pun mengakuinya. Allah pun bertanya kepadanya, Apa yang sudah kamu kerjakan dengannya? Dia menjawab, Tidak ada satu jalan pun yang harus kusedekahkan hartaku, kecuali telah aku infakkan harta itu di jalan-Mu, ikhlas karena-Mu. Maka, Allah menjawab, Kamu dusta! Sebenarnya kamu lakukan hal itu agar kamu dijuluki sebagai orang yang dermawan. Dan pujian itu telah kamu dapatkan. Lantas Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup dan dia pun dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya, seorang lelaki yang mempelajari ilmu (agama) dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran. Dia pun dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Dia pun mengakui itu semua. Allah bertanya, Apa yang sudah kamu perbuat dengan itu semua? Maka dia menjawab, Aku menuntut ilmu, mengajarkannya, dan membaca Al-Quran di jalan-Mu. Allah menjawab, Kamu dusta! Sesungguhnya kamu menuntut ilmu agar disebut sebagai orang alim, kamu membaca Al-Quran agar disebut sebagai qari. Lantas Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup dan dia pun dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim) Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu mengatakan, Ada tiga buah tanda orang yang suka riya (beramal tidak ikhlas): [1] apabila sendirian, maka dia menjadi pemalas, [2] dan hanya bersemangat apabila berada bersama orang-orang, [3] dia akan meningkatkan amalnya jika dipuji dan akan mengurangi amalnya jika dicela orang karena melakukannya. (Al-Kabaair, hal. 156) Dzun Nun Al-Mishri mengatakan, Tidaklah aku melihat ada sesuatu yang lebih dapat membangkitkan keikhlasan daripada khalwah (menyendiri). (Risalah Qusyairiyah, 1: 50. Asy-Syamilah) Syaikh As-Sadi rahimahullah mengatakan, Ketahuilah, sesungguhnya mengikhlaskan amal karena Allah merupakan pondasi agama, ruh tauhid, dan ibadah. Hakikat ikhlas itu adalah hamba beribadah hanya bermaksud untuk mendapatkan pahala melihat wajah-Nya, menginginkan balasan, dan keutamaan dari-Nya. (Al-Qaul As-Sadid, hal. 107). Baca Juga: Buah Manis Keikhlasan Seorang ulama yang mulia dan sangat wara (berhati-hati) Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, Tidaklah aku menyembuhkan sesuatu yang lebih sulit daripada niatku. (Tadzkiratus Sami wal Mutakallim dinukil dari Maalim fii Thariq Thalabil Ilmi, hal. 19) Yusuf bin Al Husain Ar-Razi rahimahullah mengatakan, Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas. Betapa sering aku berusaha mengenyahkan riya dari dalam hatiku, namun sepertinya ia kembali muncul dengan warna yang lain. (Jamiul Ulum, hal. 25). Ad-Daruquthni rahimahullah mengatakan, Pada awalnya kami menuntut ilmu bukan semata-mata karena Allah. Akan tetapi, ternyata ilmu itu enggan sehingga dia menyeret kami untuk ikhlas dalam belajar karena Allah. (Tadzkiratus Sami wal Mutakallim, dinukil dari Maalim, hal. 20) Asy-Syathibi rahimahullah mengatakan, Penyakit hati yang paling terakhir menghinggapi hati orang-orang saleh adalah suka mendapat kekuasaan dan gemar menonjolkan diri. (Al-Itisham, dinukil dari Maalim, hal. 20) Di dalam biografi Ayyub As-Sikhtiyani disebutkan oleh Syubah bahwa Ayyub mengatakan, Aku sering disebut orang, namun aku tidak senang disebut-sebut. (Siyar Alamin Nubala, dinukil dari Maalim, hal. 22) Pada suatu ketika, sampailah berita kepada Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah bahwa orang-orang mendoakan kebaikan untuknya, maka beliau berkata, Semoga saja, ini bukanlah bentuk istidraj (yang membuatku lupa diri). (Siyar Alamin Nubala, dinukil dari Maalim, hal. 22) Begitu pula ketika ada salah seorang muridnya yang mengabarkan pujian orang-orang kepada beliau, Imam Ahmad mengatakan kepada si murid, Wahai Abu Bakar! Apabila seseorang telah mengenali hakikat dirinya sendiri, maka ucapan orang tidak akan berguna baginya. (Siyar Alamin Nubala, dinukil dari Maalim, hal. 22) Diriwayatkan dari Mutharrif bin Abdullah rahimahullah bahwa dia mengatakan, Baiknya hati adalah dengan baiknya amalan. Sedangkan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat. (Jamiul Ulum, hal. 17) Dari Ibnul Mubarak rahimahullah, dia mengatakan, Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar gara-gara niat. Dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil gara-gara niat. (Jamiul Ulum, hal. 17). Sahl bin Abdullah rahimahullah mengatakan, Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa daripada keikhlasan, karena di dalamnya hawa nafsu tidak ambil bagian sama sekali. (Jamiul Ulum, hal. 25) Baca Juga: *** Penulis: Ari Wahyudi, S.Si. Artikel: www.muslim.or.id | Daftar Isi Allah berfirman, Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan amal ketaatan kepadaNya dalam menjalani agama yang lurus, mendirikan salat, menunaikan zakat. AlBayyinah 5 Allah juga berfirman, Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu AlKitab dengan benar. AzZumar 2 Allah pun berfirman memerintahkan kepada NabiNya, Katakanlah, Sesungguhnya Aku diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya semata. Maka, barangsiapa yang berhijrah dalam rangka memenuhi seruan Allah dan rasulNya, maka hijrahnya benarbenar akan mendapatkan balasan berhijrah menuju Allah dan rasulNya. Allah bertanya, Apa yang sudah kamu kerjakan dengan nikmatnikmat itu Dia menjawab, Aku telah berperang di jalanMu hingga aku mati syahid. Lantas Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup dan dia pun dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya, seorang lelaki yang telah diberikan kelapangan rezeki dan dikaruniai beragam harta benda. Allah pun bertanya kepadanya, Apa yang sudah kamu kerjakan dengannya Dia menjawab, Tidak ada satu jalan pun yang harus kusedekahkan hartaku, kecuali telah aku infakkan harta itu di jalanMu, ikhlas karenaMu. Berikutnya, seorang lelaki yang mempelajari ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca AlQuran. Dia pun dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmatnikmat yang telah diberikan kepadanya. Allah menjawab, Kamu dusta Sesungguhnya kamu menuntut ilmu agar disebut sebagai orang alim, kamu membaca AlQuran agar disebut sebagai qari. Muslim Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu mengatakan, Ada tiga buah tanda orang yang suka riya beramal tidak ikhlas 1 apabila sendirian, maka dia menjadi pemalas, 2 dan hanya bersemangat apabila berada bersama orangorang, 3 dia akan meningkatkan amalnya jika dipuji dan akan mengurangi amalnya jika dicela orang karena melakukannya. 156 Dzun Nun AlMishri mengatakan, Tidaklah aku melihat ada sesuatu yang lebih dapat membangkitkan keikhlasan daripada khalwah menyendiri. AsySyamilah Syaikh AsSadi rahimahullah mengatakan, Ketahuilah, sesungguhnya mengikhlaskan amal karena Allah merupakan pondasi agama, ruh tauhid, dan ibadah. Tadzkiratus Sami wal Mutakallim dinukil dari Maalim fii Thariq Thalabil Ilmi, hal. 19 Yusuf bin Al Husain ArRazi rahimahullah mengatakan, Sesuatu yang paling sulit di dunia ini adalah ikhlas. Betapa sering aku berusaha mengenyahkan riya dari dalam hatiku, namun sepertinya ia kembali muncul dengan warna yang lain. Akan tetapi, ternyata ilmu itu enggan sehingga dia menyeret kami untuk ikhlas dalam belajar karena Allah. 20 AsySyathibi rahimahullah mengatakan, Penyakit hati yang paling terakhir menghinggapi hati orangorang saleh adalah suka mendapat kekuasaan dan gemar menonjolkan diri. 20 Di dalam biografi Ayyub AsSikhtiyani disebutkan oleh Syubah bahwa Ayyub mengatakan, Aku sering disebut orang, namun aku tidak senang disebutsebut. Siyar Alamin Nubala, dinukil dari Maalim, hal. 22 Pada suatu ketika, sampailah berita kepada Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah bahwa orangorang mendoakan kebaikan untuknya, maka beliau berkata, Semoga saja, ini bukanlah bentuk istidraj yang membuatku lupa diri. 22 Begitu pula ketika ada salah seorang muridnya yang mengabarkan pujian orangorang kepada beliau, Imam Ahmad mengatakan kepada si murid, Wahai Abu Bakar Apabila seseorang telah mengenali hakikat dirinya sendiri, maka ucapan orang tidak akan berguna baginya. Sedangkan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat. 17 Dari Ibnul Mubarak rahimahullah, dia mengatakan, Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar garagara niat. Sahl bin Abdullah rahimahullah mengatakan, Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa daripada keikhlasan, karena di dalamnya hawa nafsu tidak ambil bagian sama sekali. |
Shalat ‘Idain dan Dasar Hukum Pelaksanaannya | https://fatwatarjih.or.id/shalat-idain-dan-dasar-hukum-pelaksanaannya/ | 1. Hukum salat ‘Idain (Idulfitri dan Iduladha) adalah sunah muakad (sunnah mu’akkadah) karena salat wajib itu adalah salat lima waktu sebagaimana ditegaskan dalam hadis-hadis sahih di bawah ini dan tidak ada dalil khusus yang menegaskan wajibnya salat ‘Idain serta tidak ada sanksi bagi orang yang meninggalkannya. Hadis-hadis dimaksud adalah, [ ]. Dari Ṭalḥah Ibn ‘Ubaidillāh (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw lalu serta merta bertanya kepada beliau tentang Islam. Lalu Rasulullah saw menjawab: Lima salat diwajibkan sehari semalam. Ia bertanya lagi: apakah ada kewajiban (salat) lainnya? Rasulullah saw menjawab: Tidak, kecuali salat-salat tatawuk (sunah). Rasulullah saw kemudian meneruskan: Juga diwajibkan puasa Ramadan. Lalu ia bertanya lagi: apa ada kewajiban (puasa) lainnya? Rasulullah menjawab: Tidak, kecuali puasa tatawuk (sunah). (Abū Ṭalḥah melanjutkan): Lalu Rasulullah menyebutkan kewajiban (membayar) zakat. Orang itu bertanya lagi: apa ada kewajiban (pembayaran) lainnya? Rasulullah saw menjawab: Tidak, kecuali (infak) tatawuk (sunah). Lalu laki-laki itu pergi sambil berkata: Demi Allah saya tidak akan tambahi dan kurangi ini. Kemudian Rasulullah saw berkata: Orang itu beruntung, jika dia benar [HR al-Bukhārī, Muslim, Mālik Abū Dāwūd, dan an-Nasā’ī]. … [ ]. ‘Ubādah berkata: … Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Lima salat diwajibkan oleh Allah atas hambanya. Barangsiapa melaksanakannya tanpa melalaikan sedikit punkarena memandang enteng kewajiban salat itu, maka dia mendapat janji dari Allah akan dimasukkan ke dalam surga; dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak mendapat janji untuk dimasukkan ke dalam surga. Jika Allah menghendaki, Dia mengazabnya, tetapi jika Allah menghendaki, Dia (karena ia diampuni-Nya) memasukkannya ke dalam surga [HR Abū Dāwūd, an-Nasā’ī, dan Aḥmad]. Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya selama sembilan kali Syawal dan Zulhijah setelah disyariatkannya, tetapi juga tidak adanya sanksi hukum atas tidak mengerjakannya. Oleh karena itu, dari sini disimpulkan hukumnya sunah muakad. 2. Dasar hukum salat ‘Idain dikerjakan di lapangan dua rakaat, sebelum khutbah, tanpa azan dan tanpa iqamat, serta tidak ada salat sunah sebelum maupun sesudahnya, adalah hadis-hadis berikut ini, a. Hadis Abū Saʻīd, [ ]. Dari Abū Saʻīd al-Khudrī r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw keluar ke lapangan tempat salat (muṣallā) pada hari Idulfitri dan Iduladha, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah salat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masing-masing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah … [HR al-Bukhārī]. b. Hadis Aḥmad dan an-Nasā’ī, [ ]. Dari Jābir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya mengikuti salat bersama Rasulullah di suatu hari Id. Beliau memulai salat sebelum khutbah, tanpa azan dan tanpa iqamat [Hadis sahih, riwayat Aḥmad dan an-Nasā’ī]. c. Hadis Ibn ‘Abbās, [ ]. Dari Ibn ‘Abbās (diriwayatkan bahwa) Nabi saw salat Id pada hari Id dua rakaat tanpa melakukan salat lain sebelum dan sesudahnya [HR tujuh ahli hadis, dan lafal di atas adalah lafal al-Bukhārī]. Sumber: Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 04/EDR/I.0/E/2020 Tentang Tuntunan Salat Idulfitri Dalam Kondisi Darurat Pandemi Covid-19 EDARAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG SHALAT IDUL FITRI PADA MASA DARURAT COVID-19 1 file(s) 606.42 KB Download | Hukum salat Idain Idulfitri dan Iduladha adalah sunah muakad sunnah muakkadah karena salat wajib itu adalah salat lima waktu sebagaimana ditegaskan dalam hadishadis sahih di bawah ini dan tidak ada dalil khusus yang menegaskan wajibnya salat Idain serta tidak ada sanksi bagi orang yang meninggalkannya. Dari Ṭalḥah Ibn Ubaidillāh diriwayatkan bahwa ia berkata Seorang lakilaki datang kepada Rasulullah saw lalu serta merta bertanya kepada beliau tentang Islam. Lalu Rasulullah saw menjawab Lima salat diwajibkan sehari semalam. Rasulullah saw kemudian meneruskan Juga diwajibkan puasa Ramadan. Lalu ia bertanya lagi apa ada kewajiban puasa lainnya Rasulullah menjawab Tidak, kecuali puasa tatawuk sunah. Abū Ṭalḥah melanjutkan Lalu Rasulullah menyebutkan kewajiban membayar zakat. Lalu lakilaki itu pergi sambil berkata Demi Allah saya tidak akan tambahi dan kurangi ini. Kemudian Rasulullah saw berkata Orang itu beruntung, jika dia benar HR alBukhārī, Muslim, Mālik Abū Dāwūd, dan anNasāī. . Barangsiapa melaksanakannya tanpa melalaikan sedikit punkarena memandang enteng kewajiban salat itu, maka dia mendapat janji dari Allah akan dimasukkan ke dalam surga dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak mendapat janji untuk dimasukkan ke dalam surga. Jika Allah menghendaki, Dia mengazabnya, tetapi jika Allah menghendaki, Dia karena ia diampuniNya memasukkannya ke dalam surga HR Abū Dāwūd, anNasāī, dan Aḥmad. Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya selama sembilan kali Syawal dan Zulhijah setelah disyariatkannya, tetapi juga tidak adanya sanksi hukum atas tidak mengerjakannya. Oleh karena itu, dari sini disimpulkan hukumnya sunah muakad. Dasar hukum salat Idain dikerjakan di lapangan dua rakaat, sebelum khutbah, tanpa azan dan tanpa iqamat, serta tidak ada salat sunah sebelum maupun sesudahnya, adalah hadishadis berikut ini, a. Hadis Abū Saʻīd, . diriwayatkan bahwa ia berkata Rasulullah saw keluar ke lapangan tempat salat muṣallā pada hari Idulfitri dan Iduladha, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah salat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masingmasing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah HR alBukhārī. Dari Jābir diriwayatkan bahwa ia berkata Saya mengikuti salat bersama Rasulullah di suatu hari Id. Beliau memulai salat sebelum khutbah, tanpa azan dan tanpa iqamat Hadis sahih, riwayat Aḥmad dan anNasāī. Sumber Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 04EDRI.0E2020 Tentang Tuntunan Salat Idulfitri Dalam Kondisi Darurat Pandemi Covid19 EDARAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG SHALAT IDUL FITRI PADA MASA DARURAT COVID19 1 files 606.42 KB Download |
1256. MACAM-MACAM MURTAD | https://www.piss-ktb.com/2012/03/1256-macam-macam-murtad.html | PERTANYAAN : Assalamu'alaina. Punten, saya mau nanya : sebab-sebab dan akibat orang yang murtad itu apa-apa dan darimana ? Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. [Kikie Love JuhryTirtadaya]. JAWABAN : Wa`alaikum salam. Macam-macam murtad sebagaimana di tulis dalam Kitab Sulam Taufiq sebagai berikut : 1.Murtad Fily (perbuatan) : Yaitu segala aktivitas yang bisa menyebabkan kita keluar dari ajaran Islam, aktivitas tersebut apakah dilakukan dengan sungguh-sungguh atau hanya sekedar bercanda atau juga bohong- bohongan semuanya sama saja termasuk murtad perbuatan, Contoh : Bersujud kepada Berhala, bersujud kepada Matahari. 2.Murtad I`tiqod. meyaqini adanya Tuhan selain Alloh. 3.Murtad Qauly (ucapan) : yaitu murtad yang disebabkan lidah atau ucapan, murtad jenis ini banyak sekali dan terkadang kita tidak sadar kalau hal itu termasuk murtad ucapan. Contoh: Mencemoohkan ayat suci Al Quran ,memanggil orang muslim dengan HAI KAFIR dll. [Mbah Jenggot II ]. Link Diskusi : www.fb.com/groups/piss.ktb/366687476687400/ | PERTANYAAN Assalamualaina. Punten, saya mau nanya sebabsebab dan akibat orang yang murtad itu apaapa dan darimana Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Kikie Love JuhryTirtadaya. JAWABAN Waalaikum salam. Macammacam murtad sebagaimana di tulis dalam Kitab Sulam Taufiq sebagai berikut 1.Murtad Fily perbuatan Yaitu segala aktivitas yang bisa menyebabkan kita keluar dari ajaran Islam, aktivitas tersebut apakah dilakukan dengan sungguhsungguh atau hanya sekedar bercanda atau juga bohong bohongan semuanya sama saja termasuk murtad perbuatan, Contoh Bersujud kepada Berhala, bersujud kepada Matahari. 2.Murtad Itiqod. meyaqini adanya Tuhan selain Alloh. 3.Murtad Qauly ucapan yaitu murtad yang disebabkan lidah atau ucapan, murtad jenis ini banyak sekali dan terkadang kita tidak sadar kalau hal itu termasuk murtad ucapan. Contoh Mencemoohkan ayat suci Al Quran ,memanggil orang muslim dengan HAI KAFIR dll. Mbah Jenggot II . Link Diskusi www.fb.comgroupspiss.ktb366687476687400 |
Hadirnya wanita di masjid dan keutamaan shalat Wanita di rumahnya | https://belajarislam.com/2017/04/hadirnya-wanita-di-masjid-dan-keutamaan-shalat-wanita-di-rumahnya/ | Para wanita boleh pergi ke masjid dan ikut melaksanakan shalat berjama’ah dengan syarat menghindarkan diri dari hal-hal yang membangkitkan syahwat dan menimbulkan fitnah, seperti mengenakan perhiasan dan menggunakan wangi-wangian. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: ﻮ ﻮﺑ ﺪﻤﺣ ﺎﻣﻹ ﻩ) ﻼ ﻔ ﺗ ﻦ ﺟ ﺮ ﺨ ﻴ ﻟ ﷲ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻣ ﷲ ﺎ ﻣ ﻮﻌﻨﻤﺗ ﻻ “Janganlah kalian melarang para wanita (pergi) ke masjid dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih) Dan beliau juga bersabda: “Perempuan yang mana saja yang memakai wangi- wangian, maka janganlah dia ikut shalat Isya’ berjama’ah bersama kami.” (HR. Muslim) Pada kesempatan lain, beliau juga bersabda: “Perempuan yang mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian dia pergi ke masjid, maka shalatnya tidak diterima sehingga dia mandi.” (HR. Ibnu Majah, hadits shahih) Beliau juga bersabda: ﻮ ﻢﺎﺤﻟ ﻮﺑ ﺪﻤﺣ ﻩ) ﱠﻦ ﻬ ﻟ ﺮ ﻴ ﺧ ﱠﻦ ﻬ ﺗ ﻮ ﻴ ﺑ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻤ ﻟ ﻢ ﺎ ﺴ ﻧ ﻮﻌﻨﻤﺗ ﻻ (ﺢﻴﺤﺻ “Jangan kamu melarang istri-istrimu (shalat) di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik untuk mereka.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih) Dalam sabdanya yang lain: (ﻢﺎﺤﻟ ﻮﺑ ﻩ) ﺎﻬﺘﻴﺑ ﻰﻓ ﺎﻬﺗﻼﺻ ﻦ ﻣ ﻞ ﻀ ﻓ ﺎﻬﻋﺪﺨﻣ ﻰﻓ ﺎﻬﺗﻼﺻ “Shalat seorang wanita di salah satu ruangan rumahnya lebih utama daripada di bagian tengah rumahnya dan shalatnya di kamar (pribadi)-nya lebih utama daripada (ruangan lain) di rumahnya.” (HR. Abu Daud dan Al-akim) Beliau bersabda pula: (ﺢﻴﺤﺻ ﻮ ﻲﻘﻬﻴﺒﻟ ﺪﻤﺣ ﻩ) ﻦ ﻬ ﺗ ﻮ ﻴ ﺑ ﺮ ﻌ ﻗ ﺎ ﺴ ﻨ ﻟ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻣ ﺮ ﻴ ﺧ “Sebaik-baik tempat shalat bagi kaum wanita adalah bagian paling dalam (tersembunyi) dari rumahnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi, hadits shahih) | Para wanita boleh pergi ke masjid dan ikut melaksanakan shalat berjamaah dengan syarat menghindarkan diri dari halhal yang membangkitkan syahwat dan menimbulkan fitnah, seperti mengenakan perhiasan dan menggunakan wangiwangian. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda ﻮ ﻮﺑ ﺪﻤﺣ ﺎﻣﻹ ﻩ ﻼ ﻔ ﺗ ﻦ ﺟ ﺮ ﺨ ﻴ ﻟ ﷲ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻣ ﷲ ﺎ ﻣ ﻮﻌﻨﻤﺗ ﻻ Janganlah kalian melarang para wanita pergi ke masjid dan hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangiwangian. HR. Ahmad dan Abu Daud, hadits shahih Dan beliau juga bersabda Perempuan yang mana saja yang memakai wangi wangian, maka janganlah dia ikut shalat Isya berjamaah bersama kami. HR. Muslim Pada kesempatan lain, beliau juga bersabda Perempuan yang mana saja yang memakai wangiwangian, kemudian dia pergi ke masjid, maka shalatnya tidak diterima sehingga dia mandi. HR. Ibnu Majah, hadits shahih Beliau juga bersabda ﻮ ﻢﺎﺤﻟ ﻮﺑ ﺪﻤﺣ ﻩ ﱠﻦ ﻬ ﻟ ﺮ ﻴ ﺧ ﱠﻦ ﻬ ﺗ ﻮ ﻴ ﺑ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻤ ﻟ ﻢ ﺎ ﺴ ﻧ ﻮﻌﻨﻤﺗ ﻻ ﺢﻴﺤﺻ Jangan kamu melarang istriistrimu shalat di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik untuk mereka. HR. Ahmad, Abu Daud dan AlHakim, hadits shahih Dalam sabdanya yang lain ﻢﺎﺤﻟ ﻮﺑ ﻩ ﺎﻬﺘﻴﺑ ﻰﻓ ﺎﻬﺗﻼﺻ ﻦ ﻣ ﻞ ﻀ ﻓ ﺎﻬﻋﺪﺨﻣ ﻰﻓ ﺎﻬﺗﻼﺻ Shalat seorang wanita di salah satu ruangan rumahnya lebih utama daripada di bagian tengah rumahnya dan shalatnya di kamar pribadinya lebih utama daripada ruangan lain di rumahnya. HR. Abu Daud dan Alakim Beliau bersabda pula ﺢﻴﺤﺻ ﻮ ﻲﻘﻬﻴﺒﻟ ﺪﻤﺣ ﻩ ﻦ ﻬ ﺗ ﻮ ﻴ ﺑ ﺮ ﻌ ﻗ ﺎ ﺴ ﻨ ﻟ ﺪ ﺟ ﺎ ﺴ ﻣ ﺮ ﻴ ﺧ Sebaikbaik tempat shalat bagi kaum wanita adalah bagian paling dalam tersembunyi dari rumahnya. HR. Ahmad dan AlBaihaqi, hadits shahih |
Menyusukan anak | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Menyusukan-anak | QS.Surat Al-Baqarah[2]:233 () 233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. | QS.Surat AlBaqarah2233 233. Para ibu hendaklah menyusukan anakanaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. |
Bacaan Shalawat Ketika Ziarah Kubur | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/bacaan-shalawat-ketika-ziarah-kubur/ | Di antara tujuan utama kita melakukan ziarah kubur ke makam orang tua kita, guru kita, dan lainnya, adalah mendoakan mereka agar dosa mereka diampuni, selamat dari siksa kubur dan neraka, dan mereka dimasukkan ke dalam surga. Berdoa untuk keselamatan mereka termasuk perkara yang sangat dianjurkan, termasuk membaca shalawat ketika ziarah kubur. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Majmu berikut; : Ulama kami (ulama Syafiiyah) berkata; Disunnahkan bagi peziarah untuk mengucapkan salam pada ahli kubur, mendoakan mayit yang hendak diziarahi dan juga semua ahli kubur. Yang paling utama adalah salam dan doa yang sudah ada dalam hadis Nabi Saw. Dan disunnahkan membaca Al-Quran dan setelah itu berdoa. Ini ditegaskan oleh Imam Syafii dan disepakati ulama Syafiiyah. Menurut sebagian ulama, di antara amalan yang bisa menyelamatkan ahli kubur dari siksa kubur dan neraka adalah membaca shalawat atas Nabi Saw. Shalawat dimaksud adalah sebagai berikut; Allohumma sholli wa sallim wa baarik wa karrim alaa sayyidinaa muhammadinil kaamili wa alaa aalih, sholaatan laa nihaayata lahaa kamaa laa nihaayata likamaalika wa adada kamaalih. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan dan keberkahan, dan kemuliaan atas junjungan kami Nabi Muhammad yang semupurna, juga atas keluarganya, dengan rahmat yang tiada batas akhirnya, sebagaimana tiada batas akhir bagi kesempurnaan-Mu, sebagai hitungan kesempurnaannya. Ini sebagaimana disebutkan oleh Habib Abdullah bin Muhammad Al-Haddar dalam kitab Al-Masyrab Al-Shafi Al-Hani berikut; : : : Faidah; Di antara perkataan Habib Ali bin Abdurrahman; Bentuk shalawat ini jika dibacakan pada mayit, maka dia keluar dari neraka meskipun berada di dasar neraka jahannam; Allohumma sholli wa sallim wa baarik wa karrim alaa sayyidinaa muhammadinil kaamili wa alaa aalih, sholaatan laa nihaayata lahaa kamaa laa nihaayata likamaalika wa adada kamaalih. | Di antara tujuan utama kita melakukan ziarah kubur ke makam orang tua kita, guru kita, dan lainnya, adalah mendoakan mereka agar dosa mereka diampuni, selamat dari siksa kubur dan neraka, dan mereka dimasukkan ke dalam surga. Berdoa untuk keselamatan mereka termasuk perkara yang sangat dianjurkan, termasuk membaca shalawat ketika ziarah kubur. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam AlNawawi dalam kitab AlMajmu berikut Ulama kami ulama Syafiiyah berkata Disunnahkan bagi peziarah untuk mengucapkan salam pada ahli kubur, mendoakan mayit yang hendak diziarahi dan juga semua ahli kubur. Yang paling utama adalah salam dan doa yang sudah ada dalam hadis Nabi Saw. Dan disunnahkan membaca AlQuran dan setelah itu berdoa. Ini ditegaskan oleh Imam Syafii dan disepakati ulama Syafiiyah. Menurut sebagian ulama, di antara amalan yang bisa menyelamatkan ahli kubur dari siksa kubur dan neraka adalah membaca shalawat atas Nabi Saw. Shalawat dimaksud adalah sebagai berikut Allohumma sholli wa sallim wa baarik wa karrim alaa sayyidinaa muhammadinil kaamili wa alaa aalih, sholaatan laa nihaayata lahaa kamaa laa nihaayata likamaalika wa adada kamaalih. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, keselamatan dan keberkahan, dan kemuliaan atas junjungan kami Nabi Muhammad yang semupurna, juga atas keluarganya, dengan rahmat yang tiada batas akhirnya, sebagaimana tiada batas akhir bagi kesempurnaanMu, sebagai hitungan kesempurnaannya. Ini sebagaimana disebutkan oleh Habib Abdullah bin Muhammad AlHaddar dalam kitab AlMasyrab AlShafi AlHani berikut Faidah Di antara perkataan Habib Ali bin Abdurrahman Bentuk shalawat ini jika dibacakan pada mayit, maka dia keluar dari neraka meskipun berada di dasar neraka jahannam Allohumma sholli wa sallim wa baarik wa karrim alaa sayyidinaa muhammadinil kaamili wa alaa aalih, sholaatan laa nihaayata lahaa kamaa laa nihaayata likamaalika wa adada kamaalih. |
Doa Mengusir Rasa Malas | https://www.laduni.id/post/read/68670/doa-mengusir-rasa-malas.html | Laduni.ID, Jakarta - Setiap orang mengalami fase upan masing-masing. Semangat hidup seringkali naik turun. Terkadang menjalani aktivitas keseharian dengan penuh semangat, tapi dalam kesempatan yang lain semangat itu menurun atau bahkan malah dikuasai rasa malas. Banyak faktor yang menyebabkan orang terjangkit penyakit malas. Bisa jadi karena memang keadaan yang tidak mendukung bersemangat, atau mungkin justru diri sendiri yang memang pemalas. Sehingga produktivitas menurun drastis. Tetapi, sebagai muslim yang baik, tentu sifat malas ini disadari sebagai laku yang tidak baik, bahkan cenderung merugikan. Baik di dalam aktivitas kerja sehari-sehari, maupun dalam beribadah kepada Allah SWT. Pada dasarnya tidak ada alasan untuk bermalas-malasan. Anugerah Allah SWT berupa nikmat sehat dan waktu luang seringkali terlalaikan oleh diri sendiri. Karenanya, perlu ada tekad yang kuat yang diiringi dengan doa dalam menjalani segala aktivitas kebaikan sehari-hari. Tidak jarang orang baru menyadari betapa berharganya waktu yang terlewatkan tanpa kebaikan dan betapa berharganya nikmat sehat tersiakan, ketika dalam keadaan terhimpit dan sempit. Karena itu, perlu kiranya merenungkan dan kemudian mengantisipasi keadaan ini terjadi. Rasulullah SAW mengajarkan satu doa kepada para Sahabatnya, agar terhindar dari rasa malas itu. Hadis ini dari Abi Waqqash, menceritakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan dan menganjurkan membaca doa berikut ini: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, dan aku berlindung kepada-Mu dari pikun, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir.” (HR. Imam Bukhari) Doa ini bisa diamalkan secara rutin setiap hari agar terhindar dari rasa malas. Sebab, bagaimanapun setiap hari umur kita terus berkurang, anugerah waktu dan nikmat sehat yang ada harus dikelola dan digunakan dengan sebaik-baiknya agar hidup ini lebih berarti. Semangat dan produktif dalam menjalani segala aktivitas kebaikan sehari-hari. [] Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 01 Februari 2023. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. ___________ Editor: Hakim | Laduni.ID, Jakarta Setiap orang mengalami fase upan masingmasing. Semangat hidup seringkali naik turun. Terkadang menjalani aktivitas keseharian dengan penuh semangat, tapi dalam kesempatan yang lain semangat itu menurun atau bahkan malah dikuasai rasa malas. Banyak faktor yang menyebabkan orang terjangkit penyakit malas. Bisa jadi karena memang keadaan yang tidak mendukung bersemangat, atau mungkin justru diri sendiri yang memang pemalas. Sehingga produktivitas menurun drastis. Tetapi, sebagai muslim yang baik, tentu sifat malas ini disadari sebagai laku yang tidak baik, bahkan cenderung merugikan. Baik di dalam aktivitas kerja seharisehari, maupun dalam beribadah kepada Allah SWT. Pada dasarnya tidak ada alasan untuk bermalasmalasan. Anugerah Allah SWT berupa nikmat sehat dan waktu luang seringkali terlalaikan oleh diri sendiri. Karenanya, perlu ada tekad yang kuat yang diiringi dengan doa dalam menjalani segala aktivitas kebaikan seharihari. Tidak jarang orang baru menyadari betapa berharganya waktu yang terlewatkan tanpa kebaikan dan betapa berharganya nikmat sehat tersiakan, ketika dalam keadaan terhimpit dan sempit. Karena itu, perlu kiranya merenungkan dan kemudian mengantisipasi keadaan ini terjadi. Rasulullah SAW mengajarkan satu doa kepada para Sahabatnya, agar terhindar dari rasa malas itu. Hadis ini dari Abi Waqqash, menceritakan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan dan menganjurkan membaca doa berikut ini Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari rasa malas, dan aku berlindung kepadaMu dari sikap pengecut, dan aku berlindung kepadaMu dari pikun, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat kikir. HR. Imam Bukhari Doa ini bisa diamalkan secara rutin setiap hari agar terhindar dari rasa malas. Sebab, bagaimanapun setiap hari umur kita terus berkurang, anugerah waktu dan nikmat sehat yang ada harus dikelola dan digunakan dengan sebaikbaiknya agar hidup ini lebih berarti. Semangat dan produktif dalam menjalani segala aktivitas kebaikan seharihari. Catatan Tulisan ini telah terbit pada tanggal 01 Februari 2023. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa. ___________ Editor Hakim |
Khutbah Jumat: Selingkuh itu Mudah | https://rumaysho.com/16606-khutbah-jumat-selingkuh-itu-mudah.html | Selingkuh itu mudah dilakukan karena ada nafsu untuk mendorongnya. Amma badu:Para jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …Kita diperintahkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada kita sekalian. Syukur inilah yang kita buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik hingga akhir zaman.Allah Taala berfirman, Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku. (QS. Yusuf: 53)Syaikh As-Sadi rahimahullah menerangkan, Nafsu akan terus mengajak manusia pada kejelekan dan perbuatan keji serta perbuatan dosa lainnya. Nafsu jelek ini jadi tunggangan setan untuk menyesatka manusia dan dari jalan nafsu inilah setan akan masuk kecuali bagi siapa saja yang dirahmati oleh Allah.Di antara bentuk nafsu yang diperintahkan untuk dijaga adalah menjaga kemaluan, yaitu menjaganya dari perbuatan zina dan perselingkuhan.Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan, (29) (30) Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Maarij: 29-31).Maksud menjaga kemaluan adalah menjaganya dari zina, onani, liwath (homoseks), menyetubuhi pada dubur, juga tidak menyentuh kemaluan lainnya (selain yang halal). Demikian diterangkan oleh Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam tafsir surat Al-Maarij.Bukti bahwa manusia akan didorong untuk berzina adalah setiap anggota badannya punya peluang untuk berzina.Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR. Muslim, no. 6925) Hal di atas menunjukkan bahwa kita punya kesempatan untuk berzina, dan berselingkuh, itu mudah dilakukan. Itulah yang kita pikirkan saat ini bagaimana nafsu jelek bisa dikendalikan. Terlebih dahulu kita pelajari sebab terjadinya perselingkuhan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; Ahmad, 2: 344. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami 3545).Demikian khutbah pertama ini. Moga Allah memberi taufik dan hidayah. Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa diberkahi oleh Allah Taala …Satu lagi peringatan agar kita tidak menuruti hawa nafsu dengan selingkuh ada hadits yang jadi renungan sebagai berikut.Sahabat Abu Umamah radhiyallahu anhu mengisahkan, Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu ia berkata, Wahai Rasulullah! Izinkanlah aku untuk berzina.Spontan seluruh sahabat yang hadir menoleh kepadanya dan menghardiknya, sambil berkata kepadanya: Apa-apaan ini!Adapun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada pemuda itu, Mendekatlah.Pemuda itu segera mendekat ke sebelah beliau, lalu ia duduk. Selanjutnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam besabda kepadanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa ibumu?Pemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa ibu-ibu mereka.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa anak gadismu?Pemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpali jawabannya, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa anak gadis mereka.Selanjutnya beliau bertanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudarimu?Pemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpalinya, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari mereka.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudari ayahmu (bibikmu)?Pemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpali jawabannnya, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari ayah mereka.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudari ibumu (bibikmu)?Pemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpali jawabannya, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari ibu mereka.Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut, dan berdoa, Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan lindungilah kemaluannya.Semenjak hari itu, pemuda tersebut tidak pernah menoleh ke sesuatu hal (tidak pernah memiliki keinginan untuk berbuat serong atau zina). (HR. Ahmad, 5:256. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, perawinya tsiqah termasuk dalam jajaran perawi shahih)Semoga dengan memperhatikan hadits di atas, kita tidak lagi punya niatan untuk berzina karena kita tentu tidak senang orang-orang dekat kita dizinai, begitu pula dengan orang lain.Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa dirahmati oleh Allah Taala …Di hari Jumat yang penuh berkah ini, kami ingatkan untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Siapa yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali. Juga tak lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari penuh berkah ini, moga doa-doa kita diperkenankan oleh Allah Taala. . . —Selesai disusun @ Perpus Rumaysho, saat Jumat siang, Jumat Legi, 23 Muharram 1439 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho.Com | Selingkuh itu mudah dilakukan karena ada nafsu untuk mendorongnya. Syukur inilah yang kita buktikan dengan takwa sebagaimana yang Allah perintahkan, Hai orangorang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepadaNya dan janganlah sekalikali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Yusuf 53Syaikh AsSadi rahimahullah menerangkan, Nafsu akan terus mengajak manusia pada kejelekan dan perbuatan keji serta perbuatan dosa lainnya. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orangorang yang melampaui batas. AlMaarij 2931.Maksud menjaga kemaluan adalah menjaganya dari zina, onani, liwath homoseks, menyetubuhi pada dubur, juga tidak menyentuh kemaluan lainnya selain yang halal. Demikian diterangkan oleh Syaikh Musthafa AlAdawi dalam tafsir surat AlMaarij. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina tangan adalah dengan meraba menyentuh. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. 6925 Hal di atas menunjukkan bahwa kita punya kesempatan untuk berzina, dan berselingkuh, itu mudah dilakukan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami 3545.Demikian khutbah pertama ini. Sahabat Abu Umamah radhiyallahu anhu mengisahkan, Ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu ia berkata, Wahai Rasulullah Izinkanlah aku untuk berzina. Spontan seluruh sahabat yang hadir menoleh kepadanya dan menghardiknya, sambil berkata kepadanya Apaapaan iniAdapun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada pemuda itu, Mendekatlah. Pemuda itu segera mendekat ke sebelah beliau, lalu ia duduk. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menimpalinya, Demikian juga orang lain tidak suka bila itu menimpa saudari mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali bertanya, Apakah engkau suka bila perbuatan zina menimpa saudari ayahmu bibikmuPemuda itu menjawab, Tidak, sungguh demi Allah. Jamaah Shalat Jumat yang moga senantiasa dirahmati oleh Allah Taala Di hari Jumat yang penuh berkah ini, kami ingatkan untuk memperbanyak shalawat pada Nabi kita Muhammad. Juga tak lupa nantinya kita berdoa pada Allah di hari penuh berkah ini, moga doadoa kita diperkenankan oleh Allah Taala. . . Selesai disusun Perpus Rumaysho, saat Jumat siang, Jumat Legi, 23 Muharram 1439 HOleh Muhammad Abduh TuasikalArtikel Rumaysho. |
Ibnu Taimiyah, Ulama Besar yang Kritis ke Penguasa | https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/ibnu-taimiyah-ulama-besar-yang-kritis-ke-penguasa/ | Eramuslim.com – SELAMA ini kita mengenal Syaikul Islam Ibnu Taimiyah sebagai seorang sosok ulama pejuang dan pemikir pembaharuan. Beliau telah mengukir sejarah indah dengan perjuangan dan pengorbanannya untuk mempertahankan kemurniaan Islam dan keselamatan umatnya. Ternyata Ibnu Taimiyah juga berperan sebagai sosok guru kharismatik yang luar biasa. Karena kemampuan ilmu dan kesungguhannya dalam usaha pendidikan, banyak orang yang belajar pada dirinya. Di antara muridnya yang cemerlang yang kemudian juga menjadi ulama besar dan guru teladan pada masanya adalah Ibnu Qayyim dan Ibnu Katsir. Kedua muridnya inilah yang melanjutkan tradisi keilmuaan Ibnu Taimiyah hingga sampai saat ini. Gagasan pemikiran dan guratan hati gurunya (Ibnu Taimiyah) masih hidup di hati dan pikiran ulama pejuang dalam menjaga keorisinilan dakwah Islamiyah. Keluarga Orang yang Berilmu Ibnu Taimiyah dilahirkan pada hari Senin, tanggal 10 Rabiul Awwal tahun 661 H atau 22 Januari tahun 1263M di desa Harran, sebuah desa yang terletak di antara Syam (mencakup Palestina, Suriah, Jordania, dan Lebanon) dan Irak, sebelah Tenggara Turki sekarang. Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyah. Ayahnya bernama Syihab ad-Din Abd as-Salam lahir tahun 627 H dan wafat tahun 972 H). Ayah Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus. Kakek Ibnu Taimiyah bernama Saikh Majd ad-Din al Barakat Abd al Salam ibn Abdullah, dikenal sebagai seorang muffasir (ahli tafsir), muhaddits (ahli hadits) dan faqih (ahli figh). Paman Imam Taimiyah bernama Al-Khatib Fakhruddin adalah seorang cendekiawan muslim popular dan pengarang produktif pada masanya. Sedangkan adiknya ternyata juga dikenal sebagai seorang sebagai ilmuan muslim yang bernama Syarafuddin Abdullah ibnu Abdul Halim. Nah, dengan demikian Imam Taimiyah hidup dan berasal dari keluarga ulama dan pemikir Islam yang telah memberi konstribusi besar untuk membangun khazanah Islam dan peradaban umat yang cemerlang. Itu sebabnya Ibnu Taimiyah memiliki keutamaan dan kelebihan yang luar biasa di bidang ilmu dan hikmah hingga banyak orang yang belajar padanya. Sejak kecil, Ibnu Taimiyah, sudah menampakkan kesungguhan dan kegigihannya dalam belajar. Beliau memiliki kekuatan hafalan dan kecerdasan pikiran yang dahsyat hingga pelajaran yang dibaca atau disampaikan gurunya sekali saja cepat didapat, baik lafazh maupun maknanya. Gurunya Al-Imam Abu Thahir As-Sarmari mengakui kekuatan hafalan (hifzh) di Ibnu Taimiyah yang luar biasa dan sangat mengagumkan. Ibnu Taimiyah sangat mudah menguasai pelajaran bahkan beliau mampu mengungkapkan kembali secara sempurna. Hari-hari Ibnu Taimiyah sarat aktivitas belajar. Beliau belajar dari satu guru ke guru yang lain dalam rangka menambah wawasan dan mengasah kecerdasan. Tidak sampai di situ beliau juga berani menanyakan sesuatu pada gurunya sampai mengerti dengan ilmu tersebut. Makanya sederet ulama besar pada waktu itu merupakan gurunya yang sangat dicintainya, di antaranya, Abdud Daim, Al-Qasim Al-Irbili, Al-Muslim bin Allan, Zainuddin Ibnul Munja, Al-Majd Ibnu Asakir, dan Ibnu Abi Umar. Dr. Aidh Al-Qarni dalam bukunya Di Wajah Mereka ada Cahaya mengungkapkan kejadian yang luar biasa yang dilakukan Ibnu Taimiyah, Sejak umurnya menginjak delapan tahun, ia (Ibnu Timiyyah) sudah mengguling-ngulingkan wajahnya di tanah saat fajar sambil berkata, Wahai yang mengajari Ibrahim, ajarilah aku. Wahai yang memberikan pemahaman pada Sulaiman, pahamkanlah aku. Maka Pengajar Ibrahim telah mengajarinya dan Yang Memahamkan Sulaiman telah memahamkannya dan memberinya ilmu tidak seperti ilmu-ilmu lainnya, serta memberi kepahaman tidak seperti kepahaman lainnya. Ketika Ibnu Taimiyah berumur 17 tahun, beliau telah diberi peluang oleh gurunya (Imam Syamsudin Al-Maqdisi) untuk memberikan fatwa karena beliau merupakan seorang murid yang dikurniai Allah, kekuatan hafalan yang tinggi dan kemampuan nalar yang luar biasa. Hal ini menjadikan posisi Ibnu Taimiyah sangat terhormat di sisi gurunya dan teman belajarnya. Peran Ibnu Taimiyah sebagai seorang guru Kemampuan beliau dalam berbagai bidang Ilmu Islam, menjadikan Ibnu Taymiyah sebagai seorang guru penting di zamannya. Banyak orang belajar pada Ibnu Taimiyah dari berbagai daerah bahkan ulama besar pada eranya juga bertanya dan berdiskusi dalam memecah persoalan umat. Dari usahanya yang maksimal dalam dunia pendidikan dan pengajaran, banyak kemudian hari lahir ulama besar yang juga harum namanya dan besar jasanya seperti Ibnu Qayyim dan Ibnu Katsir yang setia belajar dan melanjutkan perjuangan dan pemikirannya. Di samping Ibnu Taimiyah sibuk berdakwah dan mendidik umat, beliau juga aktif menulis buku (kitab) yang menghiasi lembaran serjarah. Kekuatan aqidah dan kejelasan fikrah (pemikiran) Ibnu Taimiyah menjadikan bukunya sangat berbeda dari buku-buku yang ditulis oleh ulama lainnya pada masa itu. Kekuatan pikirannya dan Ketajaman penanya memberikan sesuatu yang berharga dalam mengingatkan penguasa dan umat dari bencana dan azab Allah SWT yang amat dahsyat. Karya Ibnu Taimiyah telah mencapai lebih kurang 4 ribu naskhah dengan 300 jilid. Kitab beliau yang popular dan termasyhur sampai saat ini adalah Ar-Radd Alal Manthiqiyyin (menolak pendapat ahli Mantiq). Kandungan kitab ini telah menolak pemikiran ahli falsafah Yunani yang mempengaruhi pemikiran manusia melalui teori Logika Matematik. Ibnu Taimiyah dengan bahasa yang tajam dan gaya tulisan yang menarik mengkritisi beberapa ulama atau pemikir yang banyak mengunakan filsafat Yunani sebagai sandaran dalam pemikirannya. Ketajaman Pena Ibnu Taimiyah Ibnu Taimiyah terkenal dengan sebutan ulama atau guru yang konsisten dengan kebenaran Islam. Beliau juga sangat kritis terhadap pemerintah yang berkuasa pada masanya, apalagi berkaitan dengan kebijakan negara yang berseberangan dengan kepentingan Islam. Karena memang pada masa itu, pemerintahan dikuasai dan dipimpin oleh orang yang tidak benar dan berambisi memenuhi birahi semata. Fatwa-fatwa yang beliau kemukakan membuat pemerintah geram dan menuduh Imam Taimiyah sebagai pembuat kekacauan dan penghasut umat. Karena kekritisan itulah yang menyebabkan Ibnu Taimiyah dipenjarakan sebanyak 4 kali. Setelah dibebaskan dari pada tahanan yang pertama, bukanya beliau berhenti bersikap kritis, namun justru tetap vokal dan mengingatkan penguasa dengan gagah berani. Akibatnya beliau dipenjarakan lagi oleh Sultan Baibar Al-Jaishankir dan diasingkan di Alexendria. Tetapi ketika penguasa Mesir berganti, beliau dibebaskan, bahkan diangkat menjadi penasihat Sultan Nasir Muhammad Bin Qaawun, penguasa pada waktu itu. Walaupun Ibnu Taimiyah bertindak sebagai penasehat Sultan, bukan berarti beliau bungkam menyaksikan kemungkaran dan tetap mengeluarkan fatwa-fatwa keras untuk menyelamatkan umat. Akibatnya, Pada tahun 1318 M, Sultan Nasir mengirim sepucuk surat untuk Ibnu Taimiyah agar beliau jangan lagi berfatwa dengan fatwa yang bertentangan dengan Mazhab Hambali dan menentang kebijakan negara. Permintaan Sultan ditolaknya dan dia tetap mengeluarkan fatwa sebagai tanggung jawabnya pada umat. Makanya, Sultan marah dan memenjarakan Ibnu Taimiyah lagi di benteng Damaskus selama 5 bulan 18 hari. Akhir Hayat Ibnu Taimiyah Begitulah, perjalanan hidup Ibnu Taimiyah yang penuh dengan prahara. Penjara bagi dirinya bukan sesuatu yang berbahaya tetapi justru saat saat yang indah baginya untuk lebih dekat lagi dengan Khaliknya. Di penjara beliau tekun beribadah dan aktif menulis, mengungkapkan pikiran dan hatinya dalam bentuk tulisan. Banyak buku yang di karang oleh Ibnu Taimiyah justru ketika, berada dalam penjara. Badannya saja yang terkurung, namun hati dan pikirannya melalang buana ke angkasa untuk mendapatkan hidayah yang berharga yang kemudian tertuang dengan bahasa yang indah dalam setiap risalah (buku) nya. Ibnu Taimiyah meninggal dunia di Damaskus pada tahun 728 hijrah. Semoga Allah Swt, merahmati beliau atas jasa-jasanya yang berharga dalam memperjuangkan Islam dan mendidik umat menjadi umat yang mempunyai harga diri. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan rintangan justru menjadikan beliau sebagai seorang pejuang sejati yang tetap konsisten dalam menjaga prinsif kebenarannya.. Beliau adalah seorang guru kharismatik yang telah berjaya di hati dan diri umat Islam. Sampai hari ini pemikiran dan perjuangannya masih menginspirasi umat Islam dapat menggapai kebangkitan Islam yang hakiki. (Inilah) | Eramuslim.com SELAMA ini kita mengenal Syaikul Islam Ibnu Taimiyah sebagai seorang sosok ulama pejuang dan pemikir pembaharuan. Ternyata Ibnu Taimiyah juga berperan sebagai sosok guru kharismatik yang luar biasa. Karena kemampuan ilmu dan kesungguhannya dalam usaha pendidikan, banyak orang yang belajar pada dirinya. Ayahnya bernama Syihab adDin Abd asSalam lahir tahun 627 H dan wafat tahun 972 H. Ayah Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus. Paman Imam Taimiyah bernama AlKhatib Fakhruddin adalah seorang cendekiawan muslim popular dan pengarang produktif pada masanya. Itu sebabnya Ibnu Taimiyah memiliki keutamaan dan kelebihan yang luar biasa di bidang ilmu dan hikmah hingga banyak orang yang belajar padanya. Beliau memiliki kekuatan hafalan dan kecerdasan pikiran yang dahsyat hingga pelajaran yang dibaca atau disampaikan gurunya sekali saja cepat didapat, baik lafazh maupun maknanya. Wahai yang memberikan pemahaman pada Sulaiman, pahamkanlah aku. Maka Pengajar Ibrahim telah mengajarinya dan Yang Memahamkan Sulaiman telah memahamkannya dan memberinya ilmu tidak seperti ilmuilmu lainnya, serta memberi kepahaman tidak seperti kepahaman lainnya. Dari usahanya yang maksimal dalam dunia pendidikan dan pengajaran, banyak kemudian hari lahir ulama besar yang juga harum namanya dan besar jasanya seperti Ibnu Qayyim dan Ibnu Katsir yang setia belajar dan melanjutkan perjuangan dan pemikirannya. Kekuatan pikirannya dan Ketajaman penanya memberikan sesuatu yang berharga dalam mengingatkan penguasa dan umat dari bencana dan azab Allah SWT yang amat dahsyat. Kitab beliau yang popular dan termasyhur sampai saat ini adalah ArRadd Alal Manthiqiyyin menolak pendapat ahli Mantiq. Kandungan kitab ini telah menolak pemikiran ahli falsafah Yunani yang mempengaruhi pemikiran manusia melalui teori Logika Matematik. Ibnu Taimiyah dengan bahasa yang tajam dan gaya tulisan yang menarik mengkritisi beberapa ulama atau pemikir yang banyak mengunakan filsafat Yunani sebagai sandaran dalam pemikirannya. Karena memang pada masa itu, pemerintahan dikuasai dan dipimpin oleh orang yang tidak benar dan berambisi memenuhi birahi semata. Fatwafatwa yang beliau kemukakan membuat pemerintah geram dan menuduh Imam Taimiyah sebagai pembuat kekacauan dan penghasut umat. Setelah dibebaskan dari pada tahanan yang pertama, bukanya beliau berhenti bersikap kritis, namun justru tetap vokal dan mengingatkan penguasa dengan gagah berani. Akibatnya beliau dipenjarakan lagi oleh Sultan Baibar AlJaishankir dan diasingkan di Alexendria. Permintaan Sultan ditolaknya dan dia tetap mengeluarkan fatwa sebagai tanggung jawabnya pada umat. Makanya, Sultan marah dan memenjarakan Ibnu Taimiyah lagi di benteng Damaskus selama 5 bulan 18 hari. Akhir Hayat Ibnu Taimiyah Begitulah, perjalanan hidup Ibnu Taimiyah yang penuh dengan prahara. Penjara bagi dirinya bukan sesuatu yang berbahaya tetapi justru saat saat yang indah baginya untuk lebih dekat lagi dengan Khaliknya. Di penjara beliau tekun beribadah dan aktif menulis, mengungkapkan pikiran dan hatinya dalam bentuk tulisan. Banyak buku yang di karang oleh Ibnu Taimiyah justru ketika, berada dalam penjara. Badannya saja yang terkurung, namun hati dan pikirannya melalang buana ke angkasa untuk mendapatkan hidayah yang berharga yang kemudian tertuang dengan bahasa yang indah dalam setiap risalah buku nya. Semoga Allah Swt, merahmati beliau atas jasajasanya yang berharga dalam memperjuangkan Islam dan mendidik umat menjadi umat yang mempunyai harga diri. |
Syirik, Penghapus Amalan-Amalan Shalih | https://muslim.or.id/22043-syirik-penghapus-amalan-amalan-shalih.html | Bismillah. Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti jalannya dengan ihsan. Allah Taala berfirman dalam Al Quran yang mulia: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi (Qs. Az Zumar: 65). Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebab turunnya ayat ini: para salaf menyebutkan sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, dari Ibnu Abbas radhiallahuanhu: bahwasanya kaum Musyrikin dengan kejahilan mereka, mengajak Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam untuk beribadah kepada sesembahan mereka bersama mereka (Tafsir Ibnu Katsir, 7/113). Kesyirikan adalah penghapus amalan shalih. Hal ini berlaku sejak dahulu, yaitu para Nabi dan Rasul terdahulu. As Sadi rahimahullah menjelaskan : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang yang sebelummu maksudnya seluruh para Nabi terdahulu. Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu amaluka di sini merupakan mufrad mudhaf, sehingga maksudnya mencakup semua amalan dan seluruh para Nabi. Yaitu bahwa perbuatan syirik itu menghapus semua amalan. Sebagaimana firman Allah Taala: Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan (QS. An Anam: 88) dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi maksudnya rugi dunia dan akhirat. Maka, dengan kesyirikan, terhapuslah semua amalan. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan adzab (Taisir Karimirrahman, 729). Imam Ath Thabari rahimahullah menafsirkan: maksudnya, jika engkau berbuat syirik terhadap Allah wahai Muhammad, maka akan terhapus amalanmu. Dan engkau tidak akan mendapatkan pahala, juga tidak mendapatkan balasan, kecuali balasan yang pantas bagi orang yang berbuat syirik kepada Allah (Tafsir Ath Thabari, 21/322). Ayat ini menjadi menarik karena yang teks ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihi Wasallam. Sehingga banyak sekali pelajaran penting yang bisa kita petik. Muhammad Ali Ash Shabuni rahimahullah menjelaskan: ini merupakan bentuk pengasumsian dan perumpamaan. Karena Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam itu telah dijamin maksum oleh Allah. Tidak mungkin beliau berbuat kesyirikan terhadap Allah. Dan ayat ini juga datang untuk menegakkan penguatan iman dan tauhid. Abu Masud berkata: ayat ini dipaparkan dalam gaya bahasa asumsi untuk mengancam dan membuat takut para Rasul terhadap perbuatan kekufuran. Serta membawa pembaca untuk menyadari betapa fatalnya dan buruknya kesyirikan itu' (Shafwatut Tafasir, 3/80). Inilah faidah yang berharga untuk kita. Jika Rasulullah dan para Nabi saja diancam dari perbuatan syirik, maka kita lebih lagi terancam dan hendaknya lebih takut darinya. Jika amalan Rasulullah dan para Nabi terdahulu yang tidak terbayangkan besarnya, dalam mendakwahkan Islam, dalam bersabar mengadapi perlawanan dari orang-orang Musyrik, dalam menghadapi cobaan-cobaan dari Allah, tetap akan terhapus semua amalan itu jika mereka berbuat syirik. Apalagi kita? Yang sedikit amalannya, bahkan banyak berbuat dosa!?! Oleh karena itu saudaraku, jauhi… jauhi… jauhi… perbuatan syirik terhadap Allah. Terhapusnya amalan-amalan shalih yang mungkin dikerjakan dengan lelah, banyak pengorbanan dan waktu yang lama adalah sebuah kerugian yang sangat besar. Dan solusi agar terhindar dari ini adalah ayat selanjutnya: Maka beribadahlah hanya kepada Allah semata, dan jadilah orang yang bersyukur (QS. Az Zumar: 66) Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: maksudnya, ikhlaskanlah ibadah hanya kepada Allah semata, jangan berbuat syirik kepada-Nya. Ini berlaku untukmu (Muhammad) dan orang-orang yang bersamamu. Untukmu (Muhammad) dan orang-orang yang mengikuti jalanmu dan membenarkanmu (Tafsir Ibnu Katsir, 7/113). Wabillahi At Taufiq Was Sadaad *** Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.Or.Id | Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad beserta keluarganya dan para sahabatnya, serta orangorang yang mengikuti jalannya dengan ihsan. Allah Taala berfirman dalam Al Quran yang mulia Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabinabi yang sebelummu Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orangorang yang merugi Qs. Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebab turunnya ayat ini para salaf menyebutkan sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, dari Ibnu Abbas radhiallahuanhu bahwasanya kaum Musyrikin dengan kejahilan mereka, mengajak Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam untuk beribadah kepada sesembahan mereka bersama mereka Tafsir Ibnu Katsir, 7113. As Sadi rahimahullah menjelaskan Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada orangorang yang sebelummu maksudnya seluruh para Nabi terdahulu. Yaitu bahwa perbuatan syirik itu menghapus semua amalan. Sebagaimana firman Allah Taala Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hambahambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan QS. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan adzab Taisir Karimirrahman, 729. Imam Ath Thabari rahimahullah menafsirkan maksudnya, jika engkau berbuat syirik terhadap Allah wahai Muhammad, maka akan terhapus amalanmu. Ayat ini menjadi menarik karena yang teks ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihi Wasallam. Sehingga banyak sekali pelajaran penting yang bisa kita petik. Muhammad Ali Ash Shabuni rahimahullah menjelaskan ini merupakan bentuk pengasumsian dan perumpamaan. Karena Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam itu telah dijamin maksum oleh Allah. Dan ayat ini juga datang untuk menegakkan penguatan iman dan tauhid. Abu Masud berkata ayat ini dipaparkan dalam gaya bahasa asumsi untuk mengancam dan membuat takut para Rasul terhadap perbuatan kekufuran. Serta membawa pembaca untuk menyadari betapa fatalnya dan buruknya kesyirikan itu Shafwatut Tafasir, 380. Jika Rasulullah dan para Nabi saja diancam dari perbuatan syirik, maka kita lebih lagi terancam dan hendaknya lebih takut darinya. Terhapusnya amalanamalan shalih yang mungkin dikerjakan dengan lelah, banyak pengorbanan dan waktu yang lama adalah sebuah kerugian yang sangat besar. Dan solusi agar terhindar dari ini adalah ayat selanjutnya Maka beribadahlah hanya kepada Allah semata, dan jadilah orang yang bersyukur QS. Ini berlaku untukmu Muhammad dan orangorang yang bersamamu. Wabillahi At Taufiq Was Sadaad Penulis Yulian Purnama Artikel Muslim. |
Lafadh Yang Harus Ada Dalam Niat Shalat Wajib | https://pecihitam.org/lafadh-yang-harus-ada-dalam-niat-shalat-wajib/ | PeciHitam.org – Niat shalat wajib merupakan hal yang menentukan keabsahan suatu ibadah shalat di samping sebagai salah satu rukun yang menentukan kualitas suatu ibadah shalat, niat juga menjadi penentu apakah sebuah perbuatan khususnya shalat yang dilakukan oleh seorang dianggap sebagai ibadah atau tidak. Ulama fikih berpendapat fungsi niat ialah untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan atau adat seperti membedakan orang yang beri’tikaf di masjid dengan orang yang beristirah di masjid dan untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya seperti membedakan antara shalat Maghrib dan shalat Isya. Hukum melafalkan niat shalat wajib ketika menjelang shalat menurut kesepakatan para pengikut mazhab Syafi’iyah dan Hanabilah ialah sunnah karena melafalkan niat shalat wajib dapat membantu untuk mengingatkan hati seseorang sehingga membuat lebih khusyu’ dalam melaksanakan ibadah shalat. Ketika keliru melafalkan niat sehingga tidak sesuai dengan lafal niat awal seperti niat shalat dzuhur tetapi niat yang diucap shalat ashar maka yang dianggap ialah niatnya bukan lafal niatnya, sebab apa yang diucapkan bukanlah niat sesungguhnya dan hanya membantu mengingatkan hati, jadi keliru dalam mengucapkan tidak mempengaruhi niat dalam hati seseorang sepanjang niat dalam hati masih benar. Menurut pengikut mazhab Malikiyah dan Hanafiyah bahwa melafalkan niat shalat wajib sebelum shalat tidak disyariatkan kecuali bagi orang yang terkena penyakit was-was atau ragu terhadap niatnya sendiri. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa melafalkan niat shalat wajib sebelum takbir menyalahi keutamaan tetapi bagi orang yang terkena penyakit was-was hukum melafalkan niat sebelum shalat ialah Sunnah, bahkan penjelasan Hanafiyah menyatakan bahwa melafalkan niat shalat wajib sebelum takbir merupakan bid’ah namun istihsan atau dianggap baik bagi orang yang terkena penyakit was-was. Tentang melafalkan niat dalam suatu ibadah wajib sebenarnya pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW saat melaksanakan ibadah haji:’ Artinya: “Dari Anas ra, berkata: Saya mendengar Rasullah SAW mengucapkan, Labbaika aku sengaja mengerjakan umrah dan haji.” (HR. Muslim). Imam Ramli menegaskan bahwa: Artinya: “Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu’an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dan karena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Lihat: Nihayatul Muhtaj, juz.1) Meskipun Rasulullah SAW melafalkan niat tersebut dalam menjalankan ibadah haji dan bukan shalat, wudlu’ ataupun puasa namun bukan berarti selain haji tidak bisa diqiyaskan sama sekali untuk melakukan hal tersebut karena melafalkan niat sebelum beribadah wajib pernah dilakukan Rasulullah SAW maka hukum melafalkan niat merupakan sunnah. Imam Nawawi Banten dalam kitab Kasyifatus Saja menjelaskan bahwa niat shalat wajib atau shalat fardlu harus mencakup tiga unsur yakni qashdul fi’li, ta’yin dan fardliyah. Maksudnya bahwa yang dimaksud dengan qashdul fi’li ialah berniat melakukan shalat dimana dalam kalimat niat berkata “usholli” yang berarti saya berniat shalat dan yang dimaksud ta’yin ialah menentukan shalat wajibnya seperti dzuhur, ashar dan seterusnya, sedangkan fardliyah ialah menyebutkan kata “fardla” pada saat berniat. Maka contoh lafal niat untuk shalat fardlu seperti shalat maghrib adalah: Latin: “Ushalli fardlal maghribi” Artinya: “Saya berniat shalat fardlu maghrib” Kalimat niat di atas sudah mencukupi tanpa harus ada tambahan kata mustaqbilal qiblati, ada’an, lillahi ta’ala atau penyebutan jumlah bilangan rakaat seperti rak’ataini, tsalatsa raka’atin atau arba’a raka’atin karena tambahan tersebut berstatus hukum sunnah. Bila yang berniat menyebutkan bilangan rakaat namun salah dan tidak sesuai dengan bilangan yang seharusnya maka menjadikan shalatnya tidak sah seperti hendak melaksanakan shalat maghrib tapi dalam niatnya menyebutkan empat rakaat. Jika orang melaksanakan shalat secara berjamaah dan berstatus sebagai makmum maka pada niatnya ditambahi kata ma’muman. Demikianlah penjelasannya jadi fungsi dari melafalkan niat shalat wajib untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan ibadah shalat sehingga dapat memicu kekhusyu’an seseorang dan karena melafalkan niat sebelum shalat wajib dihukumi sunnah sebagaimana Rasulullah SAW melafalkan niat sebelum ibadah wajib maka jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. | PeciHitam.org Niat shalat wajib merupakan hal yang menentukan keabsahan suatu ibadah shalat di samping sebagai salah satu rukun yang menentukan kualitas suatu ibadah shalat, niat juga menjadi penentu apakah sebuah perbuatan khususnya shalat yang dilakukan oleh seorang dianggap sebagai ibadah atau tidak. Ulama fikih berpendapat fungsi niat ialah untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan atau adat seperti membedakan orang yang beritikaf di masjid dengan orang yang beristirah di masjid dan untuk membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya seperti membedakan antara shalat Maghrib dan shalat Isya. Hukum melafalkan niat shalat wajib ketika menjelang shalat menurut kesepakatan para pengikut mazhab Syafiiyah dan Hanabilah ialah sunnah karena melafalkan niat shalat wajib dapat membantu untuk mengingatkan hati seseorang sehingga membuat lebih khusyu dalam melaksanakan ibadah shalat. Ketika keliru melafalkan niat sehingga tidak sesuai dengan lafal niat awal seperti niat shalat dzuhur tetapi niat yang diucap shalat ashar maka yang dianggap ialah niatnya bukan lafal niatnya, sebab apa yang diucapkan bukanlah niat sesungguhnya dan hanya membantu mengingatkan hati, jadi keliru dalam mengucapkan tidak mempengaruhi niat dalam hati seseorang sepanjang niat dalam hati masih benar. Tentang melafalkan niat dalam suatu ibadah wajib sebenarnya pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW saat melaksanakan ibadah haji Artinya Dari Anas ra, berkata Saya mendengar Rasullah SAW mengucapkan, Labbaika aku sengaja mengerjakan umrah dan haji. Imam Ramli menegaskan bahwa Artinya Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir shalat agar mulut dapat membantu kekhusyuan hati, agar terhindar dari gangguan hati dan karena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat. Imam Nawawi Banten dalam kitab Kasyifatus Saja menjelaskan bahwa niat shalat wajib atau shalat fardlu harus mencakup tiga unsur yakni qashdul fili, tayin dan fardliyah. Maka contoh lafal niat untuk shalat fardlu seperti shalat maghrib adalah Latin Ushalli fardlal maghribi Artinya Saya berniat shalat fardlu maghrib Kalimat niat di atas sudah mencukupi tanpa harus ada tambahan kata mustaqbilal qiblati, adaan, lillahi taala atau penyebutan jumlah bilangan rakaat seperti rakataini, tsalatsa rakaatin atau arbaa rakaatin karena tambahan tersebut berstatus hukum sunnah. Bila yang berniat menyebutkan bilangan rakaat namun salah dan tidak sesuai dengan bilangan yang seharusnya maka menjadikan shalatnya tidak sah seperti hendak melaksanakan shalat maghrib tapi dalam niatnya menyebutkan empat rakaat. Jika orang melaksanakan shalat secara berjamaah dan berstatus sebagai makmum maka pada niatnya ditambahi kata mamuman. |
Niat Mandi Idul Adha dan Tata Caranya | https://bersamadakwah.net/niat-mandi-idul-adha/ | ilustrasi (huffingtonpost) Salah satu sunnah ketika idul adha adalah mandi. Namun, bukan mandi biasa. Bagaimana tata cara dan niat mandi idul adha? Kapan waktu melaksanakannya? Baik yang beridul adha Rabu, 28 Juni 2023, maupun yang beridul adha Kamis, 29 Juni 2023, mandinya tetap sunnah. Tentu saja sesuai dengan kapan ia beridul adha, yakni 10 Dzulhijjah. Baiklah, langsung saja kita masuk ke pembahasan. Kita mulai dari pengertian dan hukumnya. Lalu kita lanjutkan dengan niat, tata cara, serta waktu pelaksanaannya. Daftar Isi Pengertian Mandi Idul AdhaHukum Mandi Idul AdhaNiat Mandi Idul AdhaTata Cara Mandi Idul Adha1. Niat2. Bersihkan telapak tangan3. Berwudhu4. Basuh rambut, sela pangkal kepala5. Siram anggota tubuhWaktu Pelaksanaan Mandi () adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan cara tertentu. Mandi Idul Adha adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan niat dan cara tertentu sebelum berangkat Sholat Idul Adha. Mandi sebelum Sholat Idul Adha ini hukumnya sunnah. Bagi orang yang mengerjakannya, ia akan mendapatkan pahala. Sedangkan bagi orang yang tidak mengerjakannya, ia tidak berdosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneladankan, beliau mandi sebelum berangkat sholat Idul Adha. Demikian pula para sahabat biasa menjalankan sunnah ini. - - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. (HR. Ibnu Majah) Di dalam hadits, tidak ada lafal niat mandi idul adha. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mengerjakan ibadah dengan niat tanpa melafalkannya. Demikian pula para shahabat radhiyallahu ‘anhum. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan bahwa semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, tetapi menurut jumhur ulama hukumnya sunnah karena membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nah, berikut ini lafadz niat mandi idul adha: (Nawaitul ghusla li iidil adha sunnatan lillaahi ta’aalaa) Artinya:“Aku niat mandi Idul Adha sebagai sunnah karena Allah Taála.” Tata cara mandi idul adha sama dengan mandi junub alias mandi wajib. Yang membedakan adalah niatnya. Rukun mandi ada dua yaitu niat dan membasuh seluruh anggota tubuh, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6. Sehingga, orang yang telah berniat mandi idul adha dan kemudian membasuh seluruh tubuhnya dengan air, mandinya sudah sah. Namun, Rasulullah mencontohkan tata cara mandi yang di dalamnya terdapat banyak sunnah sebagai berikut: Mulailah dengan niat mandi idul adha yang merupakan sunnah. Niat ini yang membedakannya dengan mandi wajib dan mandi biasa. Niatkan karena Allah karena ikhlas adalah syarat diterimanya amal. Basuh dan bersihkan kedua telapak tangan. Ulangi tiga kali. Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali… (HR. Muslim) Ambillah wudhu sebagaimana ketika hendak shalat. Masukkan telapak tangan ke air atau ambillah air dengan kedua telapak tangan (jika memakai shower), lalu gosokkan ke kulit kepala, lantas siramlah kepala tiga kali. Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk lipatan atau bagian-bagian yang tersembunyi seperti ketiak dan sela jari kaki. Langkah ke-3 hingga ke-5, dalilnya adalah hadits-hadits berikut: Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menggosokkannya ke kulit kepala. Setelah itu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya. (HR. Bukhari) Waktu mandi Idul Adha adalah sebelum sholat Idul Adha. Menurut Imam Ghazali, waktunya bisa sebelum Subuh atau sesudahnya. Sedangkan menurut Syekh Al-Bajuri, waktu mandi ini terbentang mulai dari tengah malam hingga menjelang berangkat sholat id. Demikian tata cara dan niat mandi Idul Adha. Semoga kita bisa mengamalkannya dan mendapatkan kesunnahan pada Idul Adha yang membuat Allah ridha kepada kita. [Muchlisin BK/BersamaDakwah] | ilustrasi huffingtonpost Salah satu sunnah ketika idul adha adalah mandi. Tentu saja sesuai dengan kapan ia beridul adha, yakni 10 Dzulhijjah. Baiklah, langsung saja kita masuk ke pembahasan. Lalu kita lanjutkan dengan niat, tata cara, serta waktu pelaksanaannya. Siram anggota tubuhWaktu Pelaksanaan Mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan cara tertentu. Mandi Idul Adha adalah meratakan air ke seluruh tubuh dengan niat dan cara tertentu sebelum berangkat Sholat Idul Adha. Mandi sebelum Sholat Idul Adha ini hukumnya sunnah. Bagi orang yang mengerjakannya, ia akan mendapatkan pahala. Sedangkan bagi orang yang tidak mengerjakannya, ia tidak berdosa. Demikian pula para sahabat biasa menjalankan sunnah ini. Ibnu Majah Di dalam hadits, tidak ada lafal niat mandi idul adha. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengerjakan ibadah dengan niat tanpa melafalkannya. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan bahwa semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, tetapi menurut jumhur ulama hukumnya sunnah karena membantu hati dalam menghadirkan niat. Tata cara mandi idul adha sama dengan mandi junub alias mandi wajib. Rukun mandi ada dua yaitu niat dan membasuh seluruh anggota tubuh, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6. Niat ini yang membedakannya dengan mandi wajib dan mandi biasa. Niatkan karena Allah karena ikhlas adalah syarat diterimanya amal. Basuh dan bersihkan kedua telapak tangan. Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali HR. Muslim Ambillah wudhu sebagaimana ketika hendak shalat. Masukkan telapak tangan ke air atau ambillah air dengan kedua telapak tangan jika memakai shower, lalu gosokkan ke kulit kepala, lantas siramlah kepala tiga kali. Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk lipatan atau bagianbagian yang tersembunyi seperti ketiak dan sela jari kaki. Menurut Imam Ghazali, waktunya bisa sebelum Subuh atau sesudahnya. Semoga kita bisa mengamalkannya dan mendapatkan kesunnahan pada Idul Adha yang membuat Allah ridha kepada kita. |
5 Kaidah Emas Menghafal Al Quran | https://fimadani.com/5-kaidah-emas-menghafal-al-quran/ | Karena keutamaan hafiz (orang yang menghapal Al Quran) Al Quran itu begitu besar, saya sangat berhasrat untuk menyajikan di hadapan sidang pembaca dan pengunjung (portal Fimadani) ini, sebagian kaidah-kaidah umum yang bisa membantu untuk menghapal Al Quran dan mendapatkan kedudukan yang agung tersebut, atau setidaknya sebagian darinya. Sesuatu yang tidak bisa didapatkan secara keseluruhannya, maka tidaklah mengapa jika didapatkan sebagiannya atau sebagian besar darinya. Sesungguhnya kekuatan itu akan datang berdasarkan kadar kesungguhnya orang yang mempunyai kemauan. 1. Wajib bagi seseorang yang hendak menghapal Al Quran untuk membatasi hapalannya dalam setiap harinya. Misalnya, hanya beberapa ayat saja, satu halaman atau dua halaman dari Al Quran, ataupun seperdelapan juz dan seterusnya. Lalu setelah membatasi hapalan dan membenarkan bacaan, mulailah dengan melakukan pengulangan (muraja’ah). Dalam muraja’ah ini, wajib bagi hafiz untuk melagukan (baca: membaguskan sesuai kaidah) bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan untuk memantapkan hapalan. Sebab, melagukan bacaan bisa menyenangkan pendengaran, hingga pada akhirnya dapat membantuk dalam menghapal. Selain itu, lisan juga akan terbiasa dengan suatu senandung tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi kerancuan pada wazan bacaan dan senandung bacaan yang biasa dipakai untuk membaca ayat Al Quran. Pembaca akan merasakan bahwa lisannya tidak sesuai dengan bacaan ketika terjadi kesalahan, atau senandung bacaannya rancu sehingga akhirnya ia ingat kembali. Lebih dari itu, sesungguhnya melagukan (membaguskan) bacaan dalam membaca Al Quran itu adalah sebuah kewajiban yang tidak boleh dilanggar. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang tidak memperbagus (bacaan) Al Quran.”(HR Bukhari) 2. Jangan menghapal melebihi batasan harian sampai Anda dapat menghapalnya secara sempurna. Bagi hafiz Al Quran, tidak boleh beralih ke batasan hapalan, kecuali jika ia telah menyempurnakan dengan baik batasan hapalan sebelumnya. Hal itu supaya apa yang telah ia hapal benar-benar terpatri ke dalam otak. Tak diragukan lagi, faktor yang dapat membantu menghapal ayat-ayat yang telah ditentukan adalah, hendaknya seorang hafiz Al Quran menjadikan hapalan sebagai kesibukannya sepanjang siang dan malam. Caranya dengan membacanya dalam shalat yang bacaannya sirriyyah (pelan) jika ia menjadi imam, ataupun dalam shalat-shalat yang bacaannyajahriyyah (keras). Begitu pula sata shalat-shalat sunnah, pada saat menunggu shalat, dan selesai shalat. Insya Allah, dengan cara seperti ini akan sangat mempermudah hapalan dan bisa dipraktikkan semua orang meskipun kesibukannya banyak sekali. Sebab, ia tidak perlu duduk pada waktu khusus untuk menghapal ayat-ayat Al Quran tetapi cukup membenarkan bacaannya dengan cara memperdengarkannya kepada seorang guru yang fasih. Kemudian, ia mempraktikan hapalannya pada waktu-waktu shalat lima waktu, serta pada waktu membaca surat Al Quran dalam shalat sunnah maupun shalat fardhu. Dengan demikian ayat-ayat yang batasan hapalannya telah ditentukan sudah terpatri secara sempurna dalam otak. Jika mempunyai kesibukan pada hari itu, hendaknya bagi Anda –hafiz Al Quran- untuk tidak menambah hapalan yang baru. Namun, hendaknya ia meneruskan pada hari berikutnya dengan hapalan sebelumnya, sampai hapalannya terpatri secara sempurna. 3. Jangan beralih ke surat lain sebelum Anda benar-benar menghapalnya Usai menghapal satu surat Al Quran, tidak seharusnya bagi seorang penghapal langsung beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya secara sempurna dan mengikat antara awal dan akhir surat tersebut. Lisannya juga bisa menghapal secara gampang dan mudah, tanpa bersusah payah serta kerja keras guna mengingat ayat-ayat yang dihapal dan menyempurnakan bacaan (mencocokkan bacaan). Bahkan, hendaknya hapalannya laksana air (yang mengalir). Selain itu, seorang hafiz bisa membaca dengan cepat meskipun terkadang pikirannya tidak terfokus dalam memahami makna-maknanya. Hal ni seperti ketika ia membaca Al Fatihah yang tanpa susah-payah atau tanpa menghadirkan pikiran karena seringnya surat itu diulang-ulang dan dibaca. Sementara itu, menghapal setiap surat dalam Al Quran tidak sama dengan menghapal Al Fatihah, kecuali jarang sekali. Akan tetapi halnya ini hanya sebagai contoh dan peringatan, bahwa hendaknya surat-surat yang berbeda-beda dan terpisah-pisah telah benar-benar terpatri dalam otak dengan kuat dan mantap. Hendaknya pula, seorang hafiz tidak segera beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya dengan sempurna. 4. Senantiasa Memperdengarkan Hapalan Anda. Wajib bagi seorang hafiz tidak menyandarkan hapalannya kepada dirinya sendiri. Akan tetapi ia wajib memperdengarkan hapalannya kepada guru hafiz yang lainnya atau mencocokkannya dengan mushaf. Lebih baik lagi jika dikerjakan bersama hafiz yang sangat teliti. Ini bertujuan supaya seorang penghapal mengetahui kesalahan bacaannya atau adanya bacaan yang terlupakan dan diulang-ulang tanpa sadar. Sebab banyak dari kita salah dalam membaca sebuah surat dan tidak menyadarinya meskipun sambil melihat mushaf. Hal ini terjadi karena ia banyak membaca tetapi tidak dengan teliti. Ia membaca dengan melihat mushaf, sedangkan dirinya tidak mengetahui letak kesalahan bacaannya. Karena itu tasmi’ (memperdengarkan hapalan kepada hafiz lain) merupakan sarana untuk mengetahui kesalahan-kesalahan bacaan tersebut. Selain itu hal tersebut berguna pula untuk peringatan bagi otak dan hapalannya. 5. Menfaatkanlah Usia Emas dalam Menghapal Sesuatu yang pasti untuk meraih kesuksesan dalam menghapal ialah, siapa yang memanfaatkan usia emas dalam menghapal. Usia emas tersebut ia usia dari 5 tahun sampai kira-kira usia 23 tahun. Pada usia ini, kekuatan hapalan manusia sangat bagus. Bahkan, ia merupakan tahun-tahun emas yang sangat berharga untuk menghapal. Di bawah usia 5 tahun, kemampuan hapalan manusia masih lemah. Adapun kira-kira setelah usia 23 tahun adalah usia saat kemampuan hapalan mulai menurun, sementara kemampuan memahami dan menelaah mulai meningkat. Hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga ini untuk menghapal seluruh Al Quran atau seberapapun yang ia mampu. Hapalan pada usia-usia ini sangat cepat dan sulit untuk lupa. Sedangkan untuk usia selainnya, seseorang akan sulit dan lambat menghapal sekaligus cepat lupa. Benarlah orang yang berkata, “Menghapal di waktu kecil itu laksana mengukir di atas batu, dan menghapal di waktu besar itu laksana mengukir di atas air” Karena itu, wajib bagi kita memanfaatkan usia-usia berharga tersebut untuk menghapal Al Quran. Jika tidak bisa, perintahkan kepada anak laki-laki maupun perempuan kita untuk melakukannya. Semoga Allah menolong dan memudahkan kita semua dalam menghapal ayat-ayat suci-Nya. Amiin. | Karena keutamaan hafiz orang yang menghapal Al Quran Al Quran itu begitu besar, saya sangat berhasrat untuk menyajikan di hadapan sidang pembaca dan pengunjung portal Fimadani ini, sebagian kaidahkaidah umum yang bisa membantu untuk menghapal Al Quran dan mendapatkan kedudukan yang agung tersebut, atau setidaknya sebagian darinya. Sesuatu yang tidak bisa didapatkan secara keseluruhannya, maka tidaklah mengapa jika didapatkan sebagiannya atau sebagian besar darinya. Sesungguhnya kekuatan itu akan datang berdasarkan kadar kesungguhnya orang yang mempunyai kemauan. Dalam murajaah ini, wajib bagi hafiz untuk melagukan baca membaguskan sesuai kaidah bacaan. Selain itu, lisan juga akan terbiasa dengan suatu senandung tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi kerancuan pada wazan bacaan dan senandung bacaan yang biasa dipakai untuk membaca ayat Al Quran. Pembaca akan merasakan bahwa lisannya tidak sesuai dengan bacaan ketika terjadi kesalahan, atau senandung bacaannya rancu sehingga akhirnya ia ingat kembali. Tak diragukan lagi, faktor yang dapat membantu menghapal ayatayat yang telah ditentukan adalah, hendaknya seorang hafiz Al Quran menjadikan hapalan sebagai kesibukannya sepanjang siang dan malam. Caranya dengan membacanya dalam shalat yang bacaannya sirriyyah pelan jika ia menjadi imam, ataupun dalam shalatshalat yang bacaannyajahriyyah keras. Begitu pula sata shalatshalat sunnah, pada saat menunggu shalat, dan selesai shalat. Kemudian, ia mempraktikan hapalannya pada waktuwaktu shalat lima waktu, serta pada waktu membaca surat Al Quran dalam shalat sunnah maupun shalat fardhu. Namun, hendaknya ia meneruskan pada hari berikutnya dengan hapalan sebelumnya, sampai hapalannya terpatri secara sempurna. Jangan beralih ke surat lain sebelum Anda benarbenar menghapalnya Usai menghapal satu surat Al Quran, tidak seharusnya bagi seorang penghapal langsung beralih ke surat lain, kecuali setelah ia menghapalnya secara sempurna dan mengikat antara awal dan akhir surat tersebut. Lisannya juga bisa menghapal secara gampang dan mudah, tanpa bersusah payah serta kerja keras guna mengingat ayatayat yang dihapal dan menyempurnakan bacaan mencocokkan bacaan. Selain itu, seorang hafiz bisa membaca dengan cepat meskipun terkadang pikirannya tidak terfokus dalam memahami maknamaknanya. Akan tetapi halnya ini hanya sebagai contoh dan peringatan, bahwa hendaknya suratsurat yang berbedabeda dan terpisahpisah telah benarbenar terpatri dalam otak dengan kuat dan mantap. Wajib bagi seorang hafiz tidak menyandarkan hapalannya kepada dirinya sendiri. Akan tetapi ia wajib memperdengarkan hapalannya kepada guru hafiz yang lainnya atau mencocokkannya dengan mushaf. Sebab banyak dari kita salah dalam membaca sebuah surat dan tidak menyadarinya meskipun sambil melihat mushaf. Hal ini terjadi karena ia banyak membaca tetapi tidak dengan teliti. Selain itu hal tersebut berguna pula untuk peringatan bagi otak dan hapalannya. Pada usia ini, kekuatan hapalan manusia sangat bagus. Bahkan, ia merupakan tahuntahun emas yang sangat berharga untuk menghapal. Sedangkan untuk usia selainnya, seseorang akan sulit dan lambat menghapal sekaligus cepat lupa. Benarlah orang yang berkata, Menghapal di waktu kecil itu laksana mengukir di atas batu, dan menghapal di waktu besar itu laksana mengukir di atas air Karena itu, wajib bagi kita memanfaatkan usiausia berharga tersebut untuk menghapal Al Quran. Jika tidak bisa, perintahkan kepada anak lakilaki maupun perempuan kita untuk melakukannya. Semoga Allah menolong dan memudahkan kita semua dalam menghapal ayatayat suciNya. |
Ketika Ibn Rusyd Al-Hafiz Berbicara Tentang Kewajiban Wudlu | https://islami.co/ketika-ibn-rusyd-al-hafiz-berbicara-tentang-kewajiban-wudlu/ | Ibnu Rusyd Al-Hafiz, selain dikenal sebagai penyanggah Al-Ghazali, juga dikenal sebagai seorang ahli Fikih. Satu dari sekian karya Ibn Rusyd yang mencerminkan hal tersebut adalah karyanya Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid. Thaha Abdurrauf Saad berpendapat bahwa mutu Bidayatul Mujtahid karya Ibn Rusyd Al-Hafiz, baik secara metodologis maupun jangkauan kelengkapan pembahasan tidak tertandingi oleh karya lain dalam disiplin ilmu yang sama. Dalam kitab yang tak tertandingi itulah Ibn Rusyd Al-Hafiz berbicara tentang kewajiban wudlu. Secara umum, wudlu merupakan bagian dari tata cara bersuci atau taharah dalam Islam. Para ulama sepakat, bahwa wudlu dapat menjadi salah satu cara bersuci dari hadas, selain mandi janabat, dan tayamum. Tidak terkecuali dengan Ibn Rusyd Al-Hafiz. Ketika Ibn Rusyd Al-Hafiz berbicara tentang kewajiban wudlu, sekurang-kurangnya memaparkan satu ayat Alquran dan tiga hadis ketika berbicara tentang kewajiban wudlu. Termasuk didalamnya adalah pembahasan mengenai orang yang wajib wudlu dan waktu diwajibkannya wudlu. Dalil Diwajibkannya Wudlu Bagi Ibnu Rusyd Al-Hafiz, secara umum dalil-dalil yang menunjukkan diwajibkannya wudu adalah ayat-ayat Alquran, hadis, dan ijmak. Para ulama sepaka, bahwa melaksanakan perintah wudlu merupakan kewajiban bagi orang yang hendak melaksanakan shalat. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah ayat keenam. Hai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki (Q.S. Al-Maidah: 6). Selain itu, sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Rusyd Al-Hafiz, penegasan tentang kewajiban melaksanakan wudlu juga tertuang dalam dua hadis Nabi SAW. Tepatnya hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam dua hadis tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak menerima shalat seseroang tanpa bersuci dan sedekah dari harta yang diperoleh dari pengkhianatan (ghalul) dan tidak sah shalat seseorang yang berhadas hingga ia bersuci. Menurut Ibn Rusyd Al-Hafiz, ijmak menyebutkan bahwa di antara para ulama tidak terjadi perselisihan pendapat dalam persoalan tersebut. Siapa Yang Memiliki Kewajiban Wudlu? Menurut Ibn Rusyd Al-Hafiz, wudlu diwajibkan bagi orang yang sudah baligh dan berakal. Ketentuan tersebut telah ditentukan dalam hadis dan ijmak. Dasar hadis dari ketentuan tersebut, sebagaimana dipaparkan Ibn Rusyd Al-Hafiz adalah hadis riwayat Imam Bukhari dan Abu Dawud. Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa beban ibadah dibebaskan dari tiga kelompok. Lalu Nabi SAW menyebut anak kecil hingga bermimpi (baligh), orang tidur sampai bangun, dan orang gila hingga sadarkan diri. Sedang dasar ijmak dalam persoalan wudlu diwajibkan bagi orang yang sudah baligh dan berakal, menurut Ibn Rusyd Al-Hafiz tidak terjadi perbedaan. Menurut Ibn Rusyd Al-Hafiz, yang terdapat perbedaan dari Ijmak para ulama fikih dalam hal siapa yang diwajibkan wudlu adalah apakah Islam menjadi syarat wajibnya wudlu atau tidak. Hanya saja, bagi Ibn Rusyd Al-Hafiz mempermasalahkan Islam sebagai syarat wajibnya wudu atau tidak kurang bermanfaat dalam Ilmu Fikih karena persoalan Islam lebih termasuk ke dalam bidang keimanan atau ukhrawi. Kapan Waktu Diwajibkannya Wudlu? Menurut Ibn Rusyd waktu diwajibkanya wudlu adalah ketika waktu shalat telah tiba atau ketika orang Islam menghendaki ibadah yang diwajibkan bersuci (wudlu), meski ibadah tersebut tidak berkaitan dengan waktu. Wudlu menjadi wajib dilakukan ketika waktu shalat tiba bagi orang yang berhadas. Dasar dari pendapat tersebut adalah Q.S. Al-Maidah ayat keenam. Wudlu menjadi wajib ketika waktu shalat tiba karena di antara syarat shalat adalah telah masuk waktu shalat. Wudlu dapat menjadi wajib meski suatu ibadah yang tidak berkaitan dengan waktu pada dasarnya merupakan persoalan mengenai apakah bersuci merupakan suatu keharusan dalam melakukan suatu hal ata tidak. Seperti misalnya menyentuh mushaf Alquran dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd Al-Hafiz sendiri, setidaknya ada lima masalah berkaitan dengan taharah tersebut yakni kaitannya dengan menyentuh mushaf, kaitannya dengan keadaan junub, tawaf, dan membaca Alquran dan zikir. Berdasarkan pemaparan panjang Ibn Rusyd Al-Hafiz dalam Bidayatul Mujtahid, para ulama berbeda pendapat terkait persoalan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut utamanya dikarenakan perbedaan mengenai penafsiran suatu ayat Alquran dan hadis Nabi SAW. Wallahu alam | Ibnu Rusyd AlHafiz, selain dikenal sebagai penyanggah AlGhazali, juga dikenal sebagai seorang ahli Fikih. Satu dari sekian karya Ibn Rusyd yang mencerminkan hal tersebut adalah karyanya Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid. Thaha Abdurrauf Saad berpendapat bahwa mutu Bidayatul Mujtahid karya Ibn Rusyd AlHafiz, baik secara metodologis maupun jangkauan kelengkapan pembahasan tidak tertandingi oleh karya lain dalam disiplin ilmu yang sama. Dalam kitab yang tak tertandingi itulah Ibn Rusyd AlHafiz berbicara tentang kewajiban wudlu. Secara umum, wudlu merupakan bagian dari tata cara bersuci atau taharah dalam Islam. Tidak terkecuali dengan Ibn Rusyd AlHafiz. Ketika Ibn Rusyd AlHafiz berbicara tentang kewajiban wudlu, sekurangkurangnya memaparkan satu ayat Alquran dan tiga hadis ketika berbicara tentang kewajiban wudlu. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. AlMaidah ayat keenam. Hai orangorang yang beriman, jika kalian hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki Q.S. AlMaidah 6. Tepatnya hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dalam dua hadis tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak menerima shalat seseroang tanpa bersuci dan sedekah dari harta yang diperoleh dari pengkhianatan ghalul dan tidak sah shalat seseorang yang berhadas hingga ia bersuci. Menurut Ibn Rusyd AlHafiz, ijmak menyebutkan bahwa di antara para ulama tidak terjadi perselisihan pendapat dalam persoalan tersebut. Siapa Yang Memiliki Kewajiban Wudlu Menurut Ibn Rusyd AlHafiz, wudlu diwajibkan bagi orang yang sudah baligh dan berakal. Ketentuan tersebut telah ditentukan dalam hadis dan ijmak. Dasar hadis dari ketentuan tersebut, sebagaimana dipaparkan Ibn Rusyd AlHafiz adalah hadis riwayat Imam Bukhari dan Abu Dawud. Dalam hadis tersebut dikatakan bahwa beban ibadah dibebaskan dari tiga kelompok. Lalu Nabi SAW menyebut anak kecil hingga bermimpi baligh, orang tidur sampai bangun, dan orang gila hingga sadarkan diri. Hanya saja, bagi Ibn Rusyd AlHafiz mempermasalahkan Islam sebagai syarat wajibnya wudu atau tidak kurang bermanfaat dalam Ilmu Fikih karena persoalan Islam lebih termasuk ke dalam bidang keimanan atau ukhrawi. Wudlu menjadi wajib dilakukan ketika waktu shalat tiba bagi orang yang berhadas. Seperti misalnya menyentuh mushaf Alquran dan sebagainya. Menurut Ibn Rusyd AlHafiz sendiri, setidaknya ada lima masalah berkaitan dengan taharah tersebut yakni kaitannya dengan menyentuh mushaf, kaitannya dengan keadaan junub, tawaf, dan membaca Alquran dan zikir. Perbedaan pendapat tersebut utamanya dikarenakan perbedaan mengenai penafsiran suatu ayat Alquran dan hadis Nabi SAW. |
Ini Alasan Setiap Muslim Wajib Memuliakan Orangtua | https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/ini-alasan-setiap-muslim-wajib-memuliakan-orangtua/ | Eramuslim – SOSOK ibu bagaikan benih yang dapat menumbuhkan setiap umat Islam. Jika benih itu baik dan berbobot maka akan berbobotlah orang tersebut. Begitu pentingnya peran ibu hingga di dalam kitab suci Alquran pun diperintahkan setiap Muslimin memerhatian sosok ibu. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Isra’ (17): 23) Ustadz Muchlis al Mughni, dai lulusan Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, mengatakan perintah pertama dari ayat tersebut adalah jangan menyekutukan Allah Subhanahu wa ta’ala dan yang berikutnya adalah perintah berbuat baik kepada ibu dan ayah. Menjaga kedua orangtua adalah hal yang sangat terpuji, bahkan hingga keduanya sudah lanjut usia. Bagian dari menjaga keduanya adalah bertutur kata baik dan santun kepada keduanya. Jangan sampai menghardik, membentak, atau memarahinya. “Jika kekerasan verbal saja dilarang Allah, maka kekerasan fisik jauh lebih terlarang dilakukan kepada kedua orangtua kita. Tidak memberinya sandang-pangan, atau mencubit dan memukulnya, apalagi sampai membunuhnya maka siksa dunia akhirat siap menanti,” terang dai yang juga imam Masjid Cut Meutia ini, dikutip dari Sindonews, Minggu (7/6). Ustadz Muchlis menjelaskan, puncak kebutuhan orangtua dari para anaknya justru saat mereka sudah di usia senja. Fisik yang sudah rentan sakit, daya ingat melemah, dan manja ada pada diri mereka. Semua itu mengingatkan dengan masa kecil setiap orang. Namun demikian, sang ibu tetap sepenuh hati memberikan perhatian untuk anaknya. “Ya Allah bimbing kami untuk selalu perhatian maksimal kepada kedua orangtua kami. Berilah kemudahan kepada kami untuk mewujudkan harapan mereka. Allahumma aamiin,” pungkasnya. (okz) | Eramuslim SOSOK ibu bagaikan benih yang dapat menumbuhkan setiap umat Islam. Jika benih itu baik dan berbobot maka akan berbobotlah orang tersebut. Begitu pentingnya peran ibu hingga di dalam kitab suci Alquran pun diperintahkan setiap Muslimin memerhatian sosok ibu. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. QS Al Isra 17 23 Ustadz Muchlis al Mughni, dai lulusan Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, mengatakan perintah pertama dari ayat tersebut adalah jangan menyekutukan Allah Subhanahu wa taala dan yang berikutnya adalah perintah berbuat baik kepada ibu dan ayah. Menjaga kedua orangtua adalah hal yang sangat terpuji, bahkan hingga keduanya sudah lanjut usia. Bagian dari menjaga keduanya adalah bertutur kata baik dan santun kepada keduanya. Jangan sampai menghardik, membentak, atau memarahinya. Jika kekerasan verbal saja dilarang Allah, maka kekerasan fisik jauh lebih terlarang dilakukan kepada kedua orangtua kita. Tidak memberinya sandangpangan, atau mencubit dan memukulnya, apalagi sampai membunuhnya maka siksa dunia akhirat siap menanti, terang dai yang juga imam Masjid Cut Meutia ini, dikutip dari Sindonews, Minggu 76. Ustadz Muchlis menjelaskan, puncak kebutuhan orangtua dari para anaknya justru saat mereka sudah di usia senja. Fisik yang sudah rentan sakit, daya ingat melemah, dan manja ada pada diri mereka. Semua itu mengingatkan dengan masa kecil setiap orang. Namun demikian, sang ibu tetap sepenuh hati memberikan perhatian untuk anaknya. Ya Allah bimbing kami untuk selalu perhatian maksimal kepada kedua orangtua kami. Berilah kemudahan kepada kami untuk mewujudkan harapan mereka. Allahumma aamiin, pungkasnya. okz |
Etika Bersin dan Menguap Dalam Islam | https://www.harakatuna.com/etika-bersin-dan-menguap-dalam-islam.html | Harakatuna.com – Salah satu hal yang ada dalam setiap diri manusia adalah bersin dan menguap. Setiap manusia pasti pernah mengalami bersin dan menguap. Walaupun merupakan hal yang lumrah terjadi dan terkadang disepelekan banyak orang. Ternyata Islam juga mengatur etika bersin dan menguap, maka pahamilah! Islam adalah agama kafah, agama yang mengatur segala lini kehidupan manusia termasuk dalam urusan bersin dan menguap. Terkait etika bersin dan menguap ini, perhatikanlah hadis berikut ini, Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap. Maka apabila seseorang bersin kemudian membaca alhamdulillah, maka wajib bagi orang yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap itu dari setan, maka tolaklah sebisa mungkin, dan apa bila dia berkata, ‘Haa (suara menguap),’ maka setan akan menertawakannya.” Dari hadis ini, jelas bahwa Allah menyukai bersin dan tidak menyukai menguap. Adapun etika bersin yang sesuai Islam adalah berikut Pertama, orang yang bersin mengucapkan “Alhamdulillah” Kedua, jika ada orang yang mendengar orang yang bersin, disunahkan untuk mendoakan orang yang bersin dengan mengucapkan, Yarhamukallah. Diceritakan pernah ada dua orang sahabat yang bersin di hadapan Rasulullah, lantas Rasulullah hanya mendoakan salah satunya saja. Para sahabat bertanya, “mengapa hanya satu yang didoakan,?” Rasulullah menjawab, Artinya: “Sesungguhnya laki-laki ini memuji Allah (membaca hamdalah usai bersin), sedangkan kamu tidak memuji Allah (usai bersin).” Ketiga, orang yang bersin ketika mendengar ada yang mendoakan maka menjawab dengan ucapan Yahdikumullah Wa Yushlihu Balakum Adapun etika menguap adalah dengan meletakkan tangan pada mulut, serta menahannya sebisa mungkin, sebagaimana Imam Bukhari RA menyebutkan pada salah satu bab di kitab sahihnya. Wallahu A’lam. | Harakatuna.com Salah satu hal yang ada dalam setiap diri manusia adalah bersin dan menguap. Setiap manusia pasti pernah mengalami bersin dan menguap. Walaupun merupakan hal yang lumrah terjadi dan terkadang disepelekan banyak orang. Ternyata Islam juga mengatur etika bersin dan menguap, maka pahamilah Islam adalah agama kafah, agama yang mengatur segala lini kehidupan manusia termasuk dalam urusan bersin dan menguap. Terkait etika bersin dan menguap ini, perhatikanlah hadis berikut ini, Artinya Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap. Maka apabila seseorang bersin kemudian membaca alhamdulillah, maka wajib bagi orang yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap itu dari setan, maka tolaklah sebisa mungkin, dan apa bila dia berkata, Haa suara menguap, maka setan akan menertawakannya. Dari hadis ini, jelas bahwa Allah menyukai bersin dan tidak menyukai menguap. Adapun etika bersin yang sesuai Islam adalah berikut Pertama, orang yang bersin mengucapkan Alhamdulillah Kedua, jika ada orang yang mendengar orang yang bersin, disunahkan untuk mendoakan orang yang bersin dengan mengucapkan, Yarhamukallah. Diceritakan pernah ada dua orang sahabat yang bersin di hadapan Rasulullah, lantas Rasulullah hanya mendoakan salah satunya saja. Para sahabat bertanya, mengapa hanya satu yang didoakan, Rasulullah menjawab, Artinya Sesungguhnya lakilaki ini memuji Allah membaca hamdalah usai bersin, sedangkan kamu tidak memuji Allah usai bersin. Ketiga, orang yang bersin ketika mendengar ada yang mendoakan maka menjawab dengan ucapan Yahdikumullah Wa Yushlihu Balakum Adapun etika menguap adalah dengan meletakkan tangan pada mulut, serta menahannya sebisa mungkin, sebagaimana Imam Bukhari RA menyebutkan pada salah satu bab di kitab sahihnya. Wallahu Alam. |
2986. HUKUM KENTUT DAN ASAP SATE BABI, NAJISKAH ? | https://www.piss-ktb.com/2014/03/2986-hukum-kentut-dan-asap-sate-babi.html | PERTANYAAN : ASAP SATE BABI Nanya Om...mudah-mudahan sudah pernah dibahas, jadi tinggal disundulin. Di pasar tempat biasa saya beraktivitas banyak yang jualan sate Babi.yang mungkin saja asapnya mengenai baju atau kulit saya. Yang saya tanyakan, apakah asap hasil bakaran sate babi tersebut Najis ? Dan apakah sah pakaian yang terkena asap tersebut dipakai untuk melaksanakan sholat ?Matursuwun....[Begawan Sinting AlasRoban ]. NASI DIKENTUTIN Assalamualaikum... Di suatu pesantren, ada santri yg suka iseng ke temannya, salah satunya adalah : Kalau temannya masak nasi, diam-diam dia buka panci yang lagi dipakai memasak nasi, kemudian di kentutin lalu di tutup kembali.Walhasil, nasi yg sedang dimasak tsbt menjadi ber bau yang sangat tidak enak, kalau orang awam bisa muntah-muntah.PERTANYAANNYA : 1. Akibat gas yang keluar dari kemaluan belakang tsbt, nasi jadi berubah (baunya).Jadi, apakah nasi tsbt menjadi najis ? 2. Bagaimanakah cara menyembuhkan keisengan santri tsbt dg bijak? atau adakah doa ma'tsur untuk menyembuhkan santri yg model bgtu ?Terimakasih sblmnya... [Abe Didan ]. JAWABAN : MASALAH ASAP SATE BABI Terdapat perbedaan pendapat tentang hukum dari asap najasah yang sedikit, dalam hal ini najasah yang mugholadzoh apakah dimafu ataupun tidak, tetapi menurut tashrih yang dilakukan oleh syaikh Ibnu Hajar, pendapat yang bisa diamalkan adalah pendapat yang menyatakan bahwasanya asap najasah mugholadzoh (anjing dan babi, Asu lan Celeng), meskipun sedikit tetap dianggap najis, sehingga wajib untuk disucikan. Kesimpulan ini dinukil dari tiga kitab, yaitu: Tuhaftul Habib ala Syarh al-Khotib juz 1 hlm 135-136, kitab Hasyiyah al-Bujairomi ala al-Khotib juz 1 hlm 297-298, dan kitab Hasyiah al-Jamal ala al-Minhaj juz 1 hlm 131-132. Sekiranya masih bisa dihindarkan asap dari sate babi tersbut, maka tetap tidak dima'fu. tetapi kalau dalam keadaan yang tidak mungkin dihindarkan maka bisa dima'fu dengan alasan umumil balwa, mengikut pada ibaroh yang ada di kitab Bujairomi. Kesulitan yang ditimbulkan adalah sulitnya menghindari najis yang berupa asap ini karena penyebarannya, bisakah dima'fu dengan alasan umumil balwa ?bisa saja dengan alasan umumul balwa, karena redaksi yang disampeikan oleh syaikh Khotib asy-Syirbini dalam kitab al-Iqna' bersifat umum ('an qalili dukhonin najisin), ditambah lagi syarih kitab tersebut dengan jelas menyatakan bahwasanya "wa Ithlaqu huna yaqtadli al-'afwa muthlaqon", meskipun kemudian ada qoyyid dari imam Ibnu Hajar, yang menyatakan bahwasanya yang shorih adalah tidak dima'fu. Dengan menggunakan metode Mizan Kubra, yaitu takhfif dan tasydid,Bagi yang tidak bisa menghindar (seperti kasusnya Mbah Ndungkluk) kita menggunakan takhfif yaitu qaul tsani.Adapun pendapat YU'FAA LI 'UMUUMIL BALWA, kayaknya tidak ada dalam masalah ini, YU'FA tapi 'AN QALIIL Kondisinya dalam soal itu sudah dalam code "umumil balwa", melihat asap jelas bukan sesuatu yang mudah dihindari, dan ibarohnya juga tidak jelas yang dimaksud qalil dalam masalah tersebut adalah yang tidak kasat mata alias "maa laa yudrikuhul bashar".... Memang dalam kitab Asybah dinyatakan dengan gamblang bahwa asap hasil bakaran anjing dan babi adalah Najis mughaladzoh, sehingga apabila asap tersebut mengenai pakaian/baju maka baju tersebut adalah mutanajis dengan demikian apabila pakaian/baju tersebut dipakai untuk melaksanakan sholat maka sholatnya tidak sah karena syarat sahnya melaksanakan sholat harus suci baik anggota tubuh, pakaian dan tempat. REFERENSI : . - - 1 / 676 : : - 1 / 15 : : ........ 1 297 : ( ) . "Hukum itu berputar pada 'illahnya. Jika 'illah itu ada, maka hukum itu ada. Begitu sebaliknya jika 'illah itu tidak ada, maka hukum itu tidak ada."Uap atau asap apakah bentuk asal dari najis. . ? Kalau asap itu najis. . Bayangin aja semua orang menghirup. . "Berubahnya sesuatu dari tabi'at asal atau sifatnya yang awal."Yang termasuk dalam istihalah adalah berubahnya sesuatu yang najis. Istihalah atau perubahan tadi bisa terjadi pada kondisi apa saja? Istihalah bisa terjadi pada 'ain (zat) najis, seperti kotoran, khomr (bagi yang mengatakannya najis), dan babi. Istihalah bisa terjadi pula pada 'ain (zat) najis yang berubah sifat-sifatnya. Bisa jadi dia berubah karena dibakar atau karena berubah menjadi cuka. Atau mungkin perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang suci yang bercampur dengannya. Seperti contohnya babi yang najis yang jatuh dalam garam, akhirnya menjadi garam.Para ulama telah menyepakati bahwa apabila khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya (karena dibiarkan begitu saja), maka khomr tersebut menjadi suci.. ( ) .( 13) Keterangan : Meskipun dukhon dan bukhur itu memiliki persamaan dalam segi bahasa yang berarti asap, namun dalam hukumnya berbeda. Dukhon najasah itu asap yang ditimbulkan melalui perantara api dan hukumnya najis, sedangkan bukhurun najasah itu adalah asap yang ditimbulkan tanpa melalui perantara api dan hukumnya suci, sementara jilatan api dari pembakaran najis (lisanin nar) itu hukumnya suci. - (1 /136 -135) : ( ) . Perhatikan poin ini : - (1 / 297-298) Dan yang ini : - (1 / 132-131) : 18 4. : - . : : : : : : : 1403/1983 Dikutip dari Muhadzdzab: - (1 / 297-298) : ( ) . . . Ma'funya tetap 'AN QALIIL MASALAH NASI DIKENTUTIN 1. Akibat gas yang keluar dari kemaluan belakang tersebut, nasi jadi berubah (baunya).Jadi, apakah nasi tersebut menjadi najis ? Jawaban : Nasi tidak menjadi najis, kecuali diyakini ada yang ikut keluar bersama kentut tersebut. Karena hukum kentut sendiri tidaklah najis, namun imam Al-Hulaimi berfatwa, kentut bisa menajiskan sesuatu yang basah. 2. Bagaimanakah cara menyembuhkan ke-isengan santri tsbt denga bijak? atau adakah doa ma'tsur untuk menyembuhkan santri yang model begitu ? Jawaban : Do'akan saja dan sowankan ke pak Kyai langsung biar dinasehati secara bijak. REFERENSI : Kentut tidak termasuk dalam barang najis di ibaroh di bawah, jadi kentut tak najis, buktinya lagi kalo kita habis kentut tak harus cebok karena memang tidak najis : Menurut Kanjeng Syaikh Al-Halimy dalam kitab Al-Mughi hukumnya najis dalam kitabMughni Al-Muhtaj I / 110 Cet Daar El-fikr Beirut : : : Kanjeng Syaikh Al-Hulaimy Dhawuh :Apabila ada orang kentut sedangkan pakaiannya dalam keadaan basah maka pakaiannya menjadi najis, namun apabila pakaiannya dalam keadaan kering maka tidak. Demikian juga bisa menjadikan najis adalah semua asap (beluk:jawa) yang berasal dari barang najis bila mengenai sesuatu yang basah maka bisa menyebabkan menjadi najis. Seperti ketika ada seekor hewan (yang besar) masuk kedalam sebuah kendang dan berak disana, lalu asapnya naik dan mengenai sesuatu yang basah, maka asap itu menjadikan najis sesuatu tersebut. Ibarat dari kitab kasyifah asy-asyaja.... . Secara ilmiah perbedaan antara KENTUT & ASAP bisa dilihat di Wikipedia : KENTUT Flatulensi adalah keluarnya gas melalui anusatau dubur akibat akumulasi gas di dalam perut(terutama dari usus besaratau kolon). Peristiwa keluarnya gas disebut jugakentutatau sering disebut jugabuang angin. Kentut biasanya ditandai dengan rasa mulasdi perut.Dan biasanya berbau busuk.Ini sering menjadi pertanda kalau seseorang:*.Kelebihan makanmakanan tertentu.*.Ingin buang air besar.*.Mengalami efek samping obat-obatantertentu.*.Menderita konstipasiatau sembelit.*.Sedang masuk angin.KandunganGas ini terutama berisi: nitrogen, oksigen, metan(diproduksi bakteriatau kumandan mudah terbakar), karbondioksida,hidrogendan lain-lain. Gas yang keluar dapat berbau menyengat akibat kandungan gas bergugus indol atau hidrosulfida (S-H) yang tercampur. Indera penciuman manusia cukup reaktif terhadap senyawa-senyawayang mengandung gugus ini. Bisa saja kentut terbakar, karena kentut mengandung metana dan hidrogen yang bersifat mudah terbakar. Kalau terbakar, nyala apinyaberwarna birukarena kandungan unsur hidrogen. Tetapi gas kentut tidak akan terbakar dalam kondisi normal karena konsistensinya lain. Juga suhunya tidak cukup panas untuk memulai pembakaran.Fermentasi bakteri dari proses pencernaan memproduksi panas, hasilnya adalah gas busuk. Ukuran gelembung gas lebih kecil, hangat dan jenuh dengan produk metabolisme bakteri yang berbau busuk. Kemudian gas ini menjadi kentut, walau hanya kecil volumenya. Maka dari itu kentut yang busuk itu biasanya bersuhu hangat dan tidak bersuara.Persentase kandungan gas dari gas kentut yang tidak berbau : *.Nitrogen: 2090% *.Hidrogen: 050% *.Karbon dioksida: 1030% *.Oksigen: 010% *.Metan: 010% Penyebab :Penyebab kentut selain faktor kandungan dalam makanan yaitu udara yang tertelan, makan terburu-buru (apalagi tanpa dikunyah), meminum soft drink, naik pesawat udara (karena tekanan udara lebih rendah), sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi & muncul sebagai kentut. ASAP Asap adalah suspensi partikel kecil di udara ( aerosol) yang berasal dari pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak diinginkan dari api (termasuk kompordan lampu) serta pendiangan, tapi dapat juga digunakan untuk pembasmian hama( fumigasi), komunikasi ( sinyal asap), pertahanan (layar asap,smoke-screen) atau penghirupan tembakau atau obat bius. Asap kadang digunakan sebagai agen pemberi rasa(flavoring agent),pengawet untuk berbagai bahan makanan, dan bahan baku asap cair. Jadi, antara Kentut & Asap itu 2 hal yang berbeda baik dari segi konten maupun proses pembentukannya. Asap lebih mudah dicari statusnya, cukup dg cara mencari benda (yang terbakar) yang menjadi titik sumber dari asap tsb. Benda suci atau benda najis ? Walaupun pada akhirnya status hukumnya tetap menuai khilafiyah.Sedangkan kentut lebih sulit mengungkapnya, bisa saja angin yang keluar itu berasal dari udara yang kita telan bersama makanan, bisa juga bersal dr proses pemanasan (pencernaan oleh bakteri) dalam lambung. Jadi kurang pas jika kentut dianalogikan kepada asap, sebab konten, wujud serta prosesnya jauh berbeda. Mungkin lebih dekat jika kentut dianalogikan kepada angin yang keluar dari Jamban/WC seperti ta'bir ini : MUSYAWIRIN : SandalKayu HilangSatu,Ical Rizaldysantrialit, Hariz Jaya, Ulilalbab Hafas,Toni Imam Tontowi,Imam Syafi'i,Sholeh Punya,Dzu Dzihni,Salim Ridho,Kang As'ad,Begawan Sinting AlasRoban, dan lain-lain PERUMUS : Rampak Naung, Alif Jum'an MUSHOHIH : KH. Abdullah Afif | PERTANYAAN ASAP SATE BABI Nanya Ommudahmudahan sudah pernah dibahas, jadi tinggal disundulin. Di pasar tempat biasa saya beraktivitas banyak yang jualan sate Babi.yang mungkin saja asapnya mengenai baju atau kulit saya. NASI DIKENTUTIN Assalamualaikum Di suatu pesantren, ada santri yg suka iseng ke temannya, salah satunya adalah Kalau temannya masak nasi, diamdiam dia buka panci yang lagi dipakai memasak nasi, kemudian di kentutin lalu di tutup kembali. Walhasil, nasi yg sedang dimasak tsbt menjadi ber bau yang sangat tidak enak, kalau orang awam bisa muntahmuntah. Bagaimanakah cara menyembuhkan keisengan santri tsbt dg bijak atau adakah doa matsur untuk menyembuhkan santri yg model bgtu Terimakasih sblmnya Abe Didan . JAWABAN MASALAH ASAP SATE BABI Terdapat perbedaan pendapat tentang hukum dari asap najasah yang sedikit, dalam hal ini najasah yang mugholadzoh apakah dimafu ataupun tidak, tetapi menurut tashrih yang dilakukan oleh syaikh Ibnu Hajar, pendapat yang bisa diamalkan adalah pendapat yang menyatakan bahwasanya asap najasah mugholadzoh anjing dan babi, Asu lan Celeng, meskipun sedikit tetap dianggap najis, sehingga wajib untuk disucikan. Kesimpulan ini dinukil dari tiga kitab, yaitu Tuhaftul Habib ala Syarh alKhotib juz 1 hlm 135136, kitab Hasyiyah alBujairomi ala alKhotib juz 1 hlm 297298, dan kitab Hasyiah alJamal ala alMinhaj juz 1 hlm 131132. tetapi kalau dalam keadaan yang tidak mungkin dihindarkan maka bisa dimafu dengan alasan umumil balwa, mengikut pada ibaroh yang ada di kitab Bujairomi. Berubahnya sesuatu dari tabiat asal atau sifatnya yang awal. Istihalah atau perubahan tadi bisa terjadi pada kondisi apa saja Istihalah bisa terjadi pada ain zat najis, seperti kotoran, khomr bagi yang mengatakannya najis, dan babi. Bisa jadi dia berubah karena dibakar atau karena berubah menjadi cuka. 13 Keterangan Meskipun dukhon dan bukhur itu memiliki persamaan dalam segi bahasa yang berarti asap, namun dalam hukumnya berbeda. Mafunya tetap AN QALIIL MASALAH NASI DIKENTUTIN 1. Akibat gas yang keluar dari kemaluan belakang tersebut, nasi jadi berubah baunya. Karena hukum kentut sendiri tidaklah najis, namun imam AlHulaimi berfatwa, kentut bisa menajiskan sesuatu yang basah. Demikian juga bisa menjadikan najis adalah semua asap belukjawa yang berasal dari barang najis bila mengenai sesuatu yang basah maka bisa menyebabkan menjadi najis. Ini sering menjadi pertanda kalau seseorang. Gas yang keluar dapat berbau menyengat akibat kandungan gas bergugus indol atau hidrosulfida SH yang tercampur. Indera penciuman manusia cukup reaktif terhadap senyawasenyawayang mengandung gugus ini. Kalau terbakar, nyala apinyaberwarna birukarena kandungan unsur hidrogen. Fermentasi bakteri dari proses pencernaan memproduksi panas, hasilnya adalah gas busuk. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak diinginkan dari api termasuk kompordan lampu serta pendiangan, tapi dapat juga digunakan untuk pembasmian hama fumigasi, komunikasi sinyal asap, pertahanan layar asap,smokescreen atau penghirupan tembakau atau obat bius. Jadi, antara Kentut Asap itu 2 hal yang berbeda baik dari segi konten maupun proses pembentukannya. Asap lebih mudah dicari statusnya, cukup dg cara mencari benda yang terbakar yang menjadi titik sumber dari asap tsb. Benda suci atau benda najis Walaupun pada akhirnya status hukumnya tetap menuai khilafiyah. Sedangkan kentut lebih sulit mengungkapnya, bisa saja angin yang keluar itu berasal dari udara yang kita telan bersama makanan, bisa juga bersal dr proses pemanasan pencernaan oleh bakteri dalam lambung. |
Hukum Mengqadha Shalat Idul Adha | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/hukum-mengqadha-shalat-idul-adha/ | - Bagaimana hukum mengqadha shalat Idul Adha? Pasalnya, shalat hari raya di Indonesia dilaksanakan pagi-pagi sekali. Sekitar pukul delapan pagi, hampir seluruh jamaah shalat ied di masjid-masjid atau lapangan-lapangan sudah selesai ditunaikan. Bahkan pada hari raya idul addha, pelaksanaan shalat ied dimulai lebih awal agar hewan kurban bisa sesegera mungkin disembelih dan dibagi-bagikan. (Baca: Bagaimana Hukum Shalat Idul Adha 2 kali?). Oleh karena itu, idealnya seorang muslim berangkat ke tempat shalat lebih awal agar dapat mengikuti pelaksanaan shalat ied dengan sempurna. Namun karena satu dari sekian alasan ada sebagian muslim justru datang terlambat bahkan tidak menututi shalat ied samasekali. Hukum Mengqadha Shalat Idul Adha Nah, ketika seseorang tidak menututi pelaksanaan shalat ied sementara waktunya sudah habis, sunnahkah ia mengqadha shalat Hari Raya? Dalam masalah ini, para ulama terbagi menjadi dua kubu; kubu Hanafiyyah-Malikiyyah dan kubu Syafiiyyah-Hanabilah. Kubu pertama mengatakan tidak sunnah mengqadla shalat Hari Raya sedangkan kubu kedua berpendapat sebaliknya, sunnah mengqadha shalat hari raya. Menurut kubu pertama, begitu sudah habis waktunya shalat-shalat sunnah itu tidak perlu diqadla. Sebagaimana yang dikemukakan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya Fiqhul Islami wa Adillatuhu halaman 1391 juz II; : Hanafiyyah dan Malikiyyah mengatakan: Barangsiapa yang tidak menututi shalat ied bersama imam maka dia tidak perlu mengqadhanya dikarenakan waktunya sudah habis dan shalat-shalat sunnah itu tidak perlu diqadha. Sedangkan menurut kubu kedua, hukumnya sunnah mengqadla shalat ied yang tertinggal pada hari itu juga atau pada hari-hari berikutnya. Namun yang paling utama diqadha di sisa hari itu juga. Hal ini sebagaimana keterangan yang juga termaktub dalam fiqhul Islmai wa Adillatuhu juz II halaman 1391; : Syafiiyyah dan Hanabilah mengatakan: Barangsiapa yang tidak menututi shalat ied bersama imam, maka dia disunnahkan menggaqadha shalat ied sesuai dengan ketentuan yang ada. Lebih lanjut dalam kitab tersebut dijelaskan; dan dia diperbolehkan menggaqdha shalat ied pada hari itu juga jika mau atau pada hari-hari berikutnya. Namun, yang paling utama adalah mengqadhanya di sisa hari itu juga. Demikian penjelasan mengenai hukum mengqadla shalat Idul Adha. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bi al-shawab. (Baca: 6 Perkara Sunnah Sebelum Shalat Idul Adha) | Bagaimana hukum mengqadha shalat Idul Adha Pasalnya, shalat hari raya di Indonesia dilaksanakan pagipagi sekali. Sekitar pukul delapan pagi, hampir seluruh jamaah shalat ied di masjidmasjid atau lapanganlapangan sudah selesai ditunaikan. Bahkan pada hari raya idul addha, pelaksanaan shalat ied dimulai lebih awal agar hewan kurban bisa sesegera mungkin disembelih dan dibagibagikan. Baca Bagaimana Hukum Shalat Idul Adha 2 kali. Oleh karena itu, idealnya seorang muslim berangkat ke tempat shalat lebih awal agar dapat mengikuti pelaksanaan shalat ied dengan sempurna. Namun karena satu dari sekian alasan ada sebagian muslim justru datang terlambat bahkan tidak menututi shalat ied samasekali. Hukum Mengqadha Shalat Idul Adha Nah, ketika seseorang tidak menututi pelaksanaan shalat ied sementara waktunya sudah habis, sunnahkah ia mengqadha shalat Hari Raya Dalam masalah ini, para ulama terbagi menjadi dua kubu kubu HanafiyyahMalikiyyah dan kubu SyafiiyyahHanabilah. Kubu pertama mengatakan tidak sunnah mengqadla shalat Hari Raya sedangkan kubu kedua berpendapat sebaliknya, sunnah mengqadha shalat hari raya. Menurut kubu pertama, begitu sudah habis waktunya shalatshalat sunnah itu tidak perlu diqadla. Sebagaimana yang dikemukakan Syekh Wahbah alZuhaili dalam kitabnya Fiqhul Islami wa Adillatuhu halaman 1391 juz II Hanafiyyah dan Malikiyyah mengatakan Barangsiapa yang tidak menututi shalat ied bersama imam maka dia tidak perlu mengqadhanya dikarenakan waktunya sudah habis dan shalatshalat sunnah itu tidak perlu diqadha. Sedangkan menurut kubu kedua, hukumnya sunnah mengqadla shalat ied yang tertinggal pada hari itu juga atau pada harihari berikutnya. Namun yang paling utama diqadha di sisa hari itu juga. Hal ini sebagaimana keterangan yang juga termaktub dalam fiqhul Islmai wa Adillatuhu juz II halaman 1391 Syafiiyyah dan Hanabilah mengatakan Barangsiapa yang tidak menututi shalat ied bersama imam, maka dia disunnahkan menggaqadha shalat ied sesuai dengan ketentuan yang ada. Lebih lanjut dalam kitab tersebut dijelaskan dan dia diperbolehkan menggaqdha shalat ied pada hari itu juga jika mau atau pada harihari berikutnya. Namun, yang paling utama adalah mengqadhanya di sisa hari itu juga. Demikian penjelasan mengenai hukum mengqadla shalat Idul Adha. Semoga bermanfaat. Wallahu alam bi alshawab. Baca 6 Perkara Sunnah Sebelum Shalat Idul Adha |
Seorang wanita yang usianya telah mencapai 39 tahun ingin berkurban, maka dikatakan: “Pertama kamu mengaqiqahi dirimu sendiri; karena bapakmu belum mengaqiqahimu”, dia telah menikahkannya sebelum mengaqiqahi anak-anaknya, anak perempuannya tersebut sudah mempunyai seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki, apakah dia mengaqiqahi anak-anak dan dirinya sendiri atau bapaknya yang mengaqiqahi mereka semua ?, sebagaimana diketahui bahwa umur anak perempuan wanita tersebut sudah berusia 15 tahun, sedangkan anak laki-lakinya umur 16 tahun, apakah hukum aqiqah itu wajib atau bisa gugur setelah bayi tersebut mencapai akil baligh ? | https://islamqa.info/id/answers/96462/apakah-bagi-seorang-wanita-berkurban-atau-beraqiqah-untuk-dirinya-sendiri-karena-bapaknya-tidak-mengaqiqahinya | Alhamdulillah. Pertama: Hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah sesuai dengan pendapat yang rajih, dan telah dijelaskan sebelumnya pada jawaban soal nomor: 20018, aqiqah adalah tugas seorang bapak, bukanlah tugas seorang ibu dan juga bukan tugas anak-anak. Aqiqah tidak gugur karena usia anak sudah baligh, jika seorang bapak telah diberikan kemampuan, disunnahkan baginya agar mengaqiqahi anak-anaknya yang belum diaqiqahi. Jika seorang bapak belum mengaqiqahi anaknya, maka apakah telah disyari’atkan bagi anak tersebut atau yang lainnya untuk mengaqiqahi dirinya sendiri ?, terdapat perbedaan di antara para ulama. Dan yang nampak adalah bahwa hal itu telah disyari’atkan dan disunnahkan. Ibnu Qudamah –rahimahullah- berkata dalam Al Mughni (9/364): “Jika memang belum pernah diaqiqahi, sampai anak tersebut menjadi baligh, dan telah bekerja, maka tidak ada aqiqah lagi baginya. Imam Ahmad pernah ditanya tentang masalah ini, beliau berkata: “Hal itu menjadi tanggungan bapaknya”, berarti tidak mengaqiqahi dirinya sendiri; karena yang disunnahkan adalah dilakukan oleh orang lain”. Atha’ dan Hasan berkata: “Hendaknya dia mengaqiqahi diri sendiri; karena telah disyari’atkan kepadanya dan karena seseorang itu tergadaikan dengan aqiqahnya, maka sebaiknya disyari’atkan baginya agar menebus dirinya sendiri”. Menurut pendapat kami bahwa aqiqah itu disyari’atkan kepada seorang bapak, maka tidak bisa dilakukan oleh selainnya, seperti jika dilakukan oleh orang lain (bukan kerabat) dan sama dengan zakat fitrah. Ibnu Qayyim –rahimahullah- berkata di dalam Tuhfatul Maudud fii Ahkamil Maulud: “Bab 19: Hukum seseorang yang belum diaqiqahi oleh bapaknya, apakah dia mengaqiqahi dirinya sendiri setelah baligh ?. Al Khollal berkata: “Bab disunnahkannya bagi yang belum di aqiqahi pada masa kecilnya agar mengaqiqahi dirinya sendiri pada saat dewasa, kemudian dia menyebutkan pembahasan Ismail bin Sa’id Asy Syalnaji bahwa dia berkata: “Saya bertanya kepada Ahmad tentang seorang laki-laki yang diberi tahu oleh bapaknya bahwa dia belum mengaqiqahinya, apakah dia mengaqiqahi dirinya sendiri ?, beliau berkata: “Aqiqah itu menjadi tanggungannya seorang bapak”. Dan di antara pembahasan Al Maimuni bahwa dia berkata: “Saya Berkata pada Abu Abdillah: “Jika dia belum mengaqiqahinya pada masa kecilnya, apakah dia mengaqiqahinya pada saat sudah dewasa ?, maka beliau menyebutkan sebuah riwayat yang menyatakan bahwa tetap diaqiqahi pada saat dewasa namun beliau menganggapnya lemah. Saya berpendapat adalah termasuk hal baik jika belum diaqiqahi pada masa kecilnya maka dia diaqiqahi setelah dewasa, dan berkata: “Jika ada orang yang melaksanakannya, saya tidak membencinya”. Dia berkata: “Abdul Malik telah mengabarkan kepada saya di tempat lain, bahwasanya dia telah berkata kepada Abu Abdillah: “Maka tetap diaqiqahi pada saat dewasa”. Dia berkata: “Saya belum pernah mendengar tentang hal itu pada saat dewasa”. Saya berkata: “Bapaknya dahulu kesulitan ekonomi lalu Alloh mudahkan, maka dia ingin untuk tidak meninggalkan anaknya sebelum diaqiqahi. Dia berkata: “Saya tidak tahu dan belum pernah mendengar tentang aqiqah pada usia dewasa”. Lalu dia berkata kepadaku: “Barang siapa yang melaksanakannya maka hal itu baik, dan sebagian orang ada yang mewajibkannya”. Syeikh Ibnu Baaz –rahimahullah- berkata setelah menukil ucapan tersebut: “Pendapat yang pertama lebih kuat, bahwasanya disunnahkan untuk mengaqiqahi dirinya sendiri; karena hukumnya aqiqah adalah sunnah muakkadah, bapaknya telah meninggalkannya maka disyari’atkan baginya untuk mengaqiqahi dirinya sendiri jika mampu, hal itu berdasarkan keumuman beberapa hadits di bawah ini, di antaranya adalah: Sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- : ( ) ( “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, maka disembelihkan baginya pada hari ke tujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama”. (HR. Imam Ahmad dan Ashbabus Sunan dari Samrah bin Jundub –radhiyallahu ‘anhu- dengan sanad yang shahih) Hadits Ummu Kurz al Ka’biyah dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- : ”. “Bahwa beliau telah menyuruh untuk mengaqiqahi anak laki-laki dengan dua ekor kambing kibas, dan untuk anak perempuan dengan satu ekor kambing”. (HR. Imam yang lima, dan Tirmidzi meriwatkan dan menshahihkan riwayat serupa dari Aisyah). Hadits ini tidak ditujukan kepada bapak saja, maka tentu juga mencakup anak dan ibu dan kerabat dari anak yang dilahirkan”. (Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Baaz: 26/266) Atas dasar inilah maka dikatakan kepada saudari yang sedang ditanya: “Anda boleh mengaqiqahi diri anda sendiri atau untuk anak-anak anda jika bapak mereka belum mengaqiqahi mereka”. Kedua: Berkurban adalah sunnah muakkadah, disyari’atkan bagi laki-laki dan perempuan, boleh juga untuk seorang laki-laki dan anggota keluarganya, boleh juga untuk seorang wanita dan anggota keluarganya. Maka bagi wanita tersebut agar menyembelih kurban, baik suaminya sudah berkurban atau belum berkurban. Jika dia sudah berkurban, maka hal itu juga bisa dianggap aqiqahnya. Ibnu Qayyim –rahimahullah- berkata: “Bab 18 Tentang Hukum Menggabungkan Antara Aqiqah dan Kurban”. Al Khollah berkata: “Bab Riwayat Bahwa Berkurban Juga Bisa Dianggap Sebagai Aqiqah: Telah dikabarkan kepada kami Abdul Malik al Maimuni bahwa dia berkata kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) bahwasanya dibolehkan untuk berkurban bagi seorang anak dengan niat untuk mengaqiqahinya juga ?, dia berkata: “Saya tidak tahu”, lalu beliau berkata: “Ada beberapa pendapat yang membolehkannya”. Saya berkata: “Apakah mereka itu para tabi’in ?”. Beliau berkata: “Ya”. Abdul Malik telah mengabarkan kepadaku pada tempat yang lain, dia berkata: “Abu Abdillah menyebutkan bahwa sebagian mereka berkata: “Jika dia melaksanakan ibadah kurban maka hal itu sudah bisa mewakili aqiqah”. ‘Ishmah bin ‘Ishom telah mengabarkan kepadaku di tempat yang lain dari Hambal bahwa Abu Abdillah berkata: “Jika disembelihkan untuknya tetap dianggap sah untuk kurban dan aqiqah. Dia berkata: “Saya telah melihat Abu Abdillah telah membeli hewan kurban lalu dia sembelih untuk dirinya dan keluarganya, pada waktu itu anaknya Abdullah masih kecil, saya berpendapat bahwa dia menyembelih untuk aqiqah dan berkurban, lalu dia bagikan dagingnya dan sebagiannya dimakan sendiri”. (Tuhfatul Maudud). Baca juga jawaban soal nomor: 38197 dan 20018. Wallahu a’lam. | Pertama Hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah sesuai dengan pendapat yang rajih, dan telah dijelaskan sebelumnya pada jawaban soal nomor 20018, aqiqah adalah tugas seorang bapak, bukanlah tugas seorang ibu dan juga bukan tugas anakanak. Aqiqah tidak gugur karena usia anak sudah baligh, jika seorang bapak telah diberikan kemampuan, disunnahkan baginya agar mengaqiqahi anakanaknya yang belum diaqiqahi. Jika seorang bapak belum mengaqiqahi anaknya, maka apakah telah disyariatkan bagi anak tersebut atau yang lainnya untuk mengaqiqahi dirinya sendiri , terdapat perbedaan di antara para ulama. Dan yang nampak adalah bahwa hal itu telah disyariatkan dan disunnahkan. Atha dan Hasan berkata Hendaknya dia mengaqiqahi diri sendiri karena telah disyariatkan kepadanya dan karena seseorang itu tergadaikan dengan aqiqahnya, maka sebaiknya disyariatkan baginya agar menebus dirinya sendiri. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata di dalam Tuhfatul Maudud fii Ahkamil Maulud Bab 19 Hukum seseorang yang belum diaqiqahi oleh bapaknya, apakah dia mengaqiqahi dirinya sendiri setelah baligh . Saya berpendapat adalah termasuk hal baik jika belum diaqiqahi pada masa kecilnya maka dia diaqiqahi setelah dewasa, dan berkata Jika ada orang yang melaksanakannya, saya tidak membencinya. Dia berkata Abdul Malik telah mengabarkan kepada saya di tempat lain, bahwasanya dia telah berkata kepada Abu Abdillah Maka tetap diaqiqahi pada saat dewasa. Dia berkata Saya belum pernah mendengar tentang hal itu pada saat dewasa. Saya berkata Bapaknya dahulu kesulitan ekonomi lalu Alloh mudahkan, maka dia ingin untuk tidak meninggalkan anaknya sebelum diaqiqahi. Dia berkata Saya tidak tahu dan belum pernah mendengar tentang aqiqah pada usia dewasa. Lalu dia berkata kepadaku Barang siapa yang melaksanakannya maka hal itu baik, dan sebagian orang ada yang mewajibkannya. Imam Ahmad dan Ashbabus Sunan dari Samrah bin Jundub radhiyallahu anhu dengan sanad yang shahih Hadits Ummu Kurz al Kabiyah dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam . Bahwa beliau telah menyuruh untuk mengaqiqahi anak lakilaki dengan dua ekor kambing kibas, dan untuk anak perempuan dengan satu ekor kambing. Imam yang lima, dan Tirmidzi meriwatkan dan menshahihkan riwayat serupa dari Aisyah. Hadits ini tidak ditujukan kepada bapak saja, maka tentu juga mencakup anak dan ibu dan kerabat dari anak yang dilahirkan. Kedua Berkurban adalah sunnah muakkadah, disyariatkan bagi lakilaki dan perempuan, boleh juga untuk seorang lakilaki dan anggota keluarganya, boleh juga untuk seorang wanita dan anggota keluarganya. Maka bagi wanita tersebut agar menyembelih kurban, baik suaminya sudah berkurban atau belum berkurban. Saya berkata Apakah mereka itu para tabiin . Abdul Malik telah mengabarkan kepadaku pada tempat yang lain, dia berkata Abu Abdillah menyebutkan bahwa sebagian mereka berkata Jika dia melaksanakan ibadah kurban maka hal itu sudah bisa mewakili aqiqah. Ishmah bin Ishom telah mengabarkan kepadaku di tempat yang lain dari Hambal bahwa Abu Abdillah berkata Jika disembelihkan untuknya tetap dianggap sah untuk kurban dan aqiqah. Dia berkata Saya telah melihat Abu Abdillah telah membeli hewan kurban lalu dia sembelih untuk dirinya dan keluarganya, pada waktu itu anaknya Abdullah masih kecil, saya berpendapat bahwa dia menyembelih untuk aqiqah dan berkurban, lalu dia bagikan dagingnya dan sebagiannya dimakan sendiri. Baca juga jawaban soal nomor 38197 dan 20018. |
Amalan 10 Muharram Mustajab dari KH. Abdul Hamid Kudus | https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/amalan-10-muharram-mustajab-dari-kh-abdul-hamid-kudus/ | Berikut ini amalan 10 Muharram mustajab dari KH Abdul Hamid Kudus. Dalam kitab Kanzun Najah, ia menyatakan bahwasanya dianjurkan untuk menghidupi malam Asyura (10 Muharram) dengan ibadah, karena ini sangat dianjurkan oleh syariat Islam. Adapun ibadahnya adalah semisal membaca atau mendengarkan al-Quran, memanjatkan doa dan melantunkan dzikir. Karena pada malam tersebut adalah masa dicurahkannya pertolongan rabbani dan disebarkanya kebaikan. 6 Amalan 10 Muharram Mustajab Lebih lanjut, di antara amalan yang dianjurkan oleh Syekh Al-Dairabi antara lain; Pertama, menyempurnakan wudhu. Kedua, lalu melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat. Ketiga, kemudian membaca ayat kursi sejumlah 360 kali yang mana selalu diawali dengan basmalah, seraya menghadap kiblat. Keempat, dilanjut membaca Surah Yunus ayat 58 sebanyak 48 kali; Qul bifalillhi wa biramatih fa bilika falyafra, huwa khairum mimm yajman Artinya: Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. kelima, membaca doa berikut sebanyak 12 kali; . Allahumma inna hadzihi laylatun jadidah, wa syahrun jadid, wa sanatun jadidah, faathinillahumma khoiroha wa khoiro ma fiha, washrif anni syarraha wa syarra ma fiha, wa syarra fitnataha, wa muhdatsatiha, wa syarran nafsi wal hawa was syaithanir rojim. Artinya; Ya Allah, ini adalah malam baru, bulan baru, dan tahun baru. Mohon berikan aku kebaikan dan kebaikannya, dan jauhkan dariku kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya. Serta kejahatan godaan dan fitnah, kejahatan jiwa, nafsu dan setan yang terkutuk. Kemudian ia menutupnya dengan membaca doa yang bersumber dari Al-Quran, membaca sholawat, mendoakan kaum muslimin, lalu membaca tasbih dan tahlil berkali-kali. Maka orang tersebut pada tahun itu akan dijaga dari semua keburukan. Keenam, dengan faedah dan waktu yang sama, Syekh Al-Ajhuri mengijazahkan untuk membaca kalimat berikut sejumlah 70 kali; Hasbunallah wa nimal wakil, nimal maula wa niman nashir. Artinya; Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Keterangan tentang amalan 10 Muharram mustajab ini disarikan dari karya KH Abdul Hamid Kudus yang berjudul Kanz Al-Najah Wa Al-Surur, halaman 18. Mari diamalkan, agar kita dijaga oleh Allah Swt. Semoga bermanfaat dan mujarab, Wallahu Alam bi Al-Shawab. | Berikut ini amalan 10 Muharram mustajab dari KH Abdul Hamid Kudus. Dalam kitab Kanzun Najah, ia menyatakan bahwasanya dianjurkan untuk menghidupi malam Asyura 10 Muharram dengan ibadah, karena ini sangat dianjurkan oleh syariat Islam. Adapun ibadahnya adalah semisal membaca atau mendengarkan alQuran, memanjatkan doa dan melantunkan dzikir. Karena pada malam tersebut adalah masa dicurahkannya pertolongan rabbani dan disebarkanya kebaikan. 6 Amalan 10 Muharram Mustajab Lebih lanjut, di antara amalan yang dianjurkan oleh Syekh AlDairabi antara lain Pertama, menyempurnakan wudhu. Kedua, lalu melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat. Ketiga, kemudian membaca ayat kursi sejumlah 360 kali yang mana selalu diawali dengan basmalah, seraya menghadap kiblat. Keempat, dilanjut membaca Surah Yunus ayat 58 sebanyak 48 kali Qul bifalillhi wa biramatih fa bilika falyafra, huwa khairum mimm yajman Artinya Katakanlah Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. kelima, membaca doa berikut sebanyak 12 kali . Allahumma inna hadzihi laylatun jadidah, wa syahrun jadid, wa sanatun jadidah, faathinillahumma khoiroha wa khoiro ma fiha, washrif anni syarraha wa syarra ma fiha, wa syarra fitnataha, wa muhdatsatiha, wa syarran nafsi wal hawa was syaithanir rojim. Artinya Ya Allah, ini adalah malam baru, bulan baru, dan tahun baru. Mohon berikan aku kebaikan dan kebaikannya, dan jauhkan dariku kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya. Serta kejahatan godaan dan fitnah, kejahatan jiwa, nafsu dan setan yang terkutuk. Kemudian ia menutupnya dengan membaca doa yang bersumber dari AlQuran, membaca sholawat, mendoakan kaum muslimin, lalu membaca tasbih dan tahlil berkalikali. Maka orang tersebut pada tahun itu akan dijaga dari semua keburukan. Keenam, dengan faedah dan waktu yang sama, Syekh AlAjhuri mengijazahkan untuk membaca kalimat berikut sejumlah 70 kali Hasbunallah wa nimal wakil, nimal maula wa niman nashir. Artinya Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaikbaik pelindung. Keterangan tentang amalan 10 Muharram mustajab ini disarikan dari karya KH Abdul Hamid Kudus yang berjudul Kanz AlNajah Wa AlSurur, halaman 18. Mari diamalkan, agar kita dijaga oleh Allah Swt. Semoga bermanfaat dan mujarab, Wallahu Alam bi AlShawab. |
Orang dzalim diadzab dengan suara keras yang mengguntur | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Orang-dzalim-diadzab-dengan-suara-keras-yang-mengguntur | QS.Surat Hud[11]:67 () 67. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, QS.Surat Al-Mu’minun[23]:41 () 41. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir [1002] maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. [1002]. Maksudnya: demikian buruknya akibat mereka, sampai mereka tiada berdaya sedikitpun, tak obahnya sebagai sampah yang dihanyutkan banjir, padahal tadinya mereka bertubuh besar-besar dan kuat-kuat. QS.Surat Ya Sin[36]:29 () 29. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. | QS.Surat Hud1167 67. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orangorang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, QS.Surat AlMuminun2341 41. Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka sebagai sampah banjir 1002 maka kebinasaanlah bagi orangorang yang zalim itu. 1002. Maksudnya demikian buruknya akibat mereka, sampai mereka tiada berdaya sedikitpun, tak obahnya sebagai sampah yang dihanyutkan banjir, padahal tadinya mereka bertubuh besarbesar dan kuatkuat. QS.Surat Ya Sin3629 29. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja maka tibatiba mereka semuanya mati. |
Hikmah Di Balik Perintah Menghitung Dzikir dengan Ruas Jari | https://bersamadakwah.net/hikmah-di-balik-perintah-menghitung-dzikir-dengan-ruas-jari/ | sumber gambar: cintaquransunnah Dzikir adalah ibadah yang utama. Dalam sebuah riwayat disebutkan, perbandingan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati. Kebutuhan manusia terhadap dzikir tak ubahnya kebutuhan ikan terhadap air. Disebutkan secara hasan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan at-Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberitahukan kepada seorang shahabiyah yang ikut hijrah ke Madinah agar menghitung dzikir dengan menggunakan ruas jari tangan. Apakah hikmah di balik perintah ini? Anna an-nabiyya amara hunna an-yura’iina bi at-takbiiri wa at-taqdiisi wa at-tahliili, wa an-ya’qidna bil anaamili, fa innahunna mas-uulaatun mustanthiqaatun. Nabi memerintahkan kaum wanita agar selalu membiasakan amalan dengan membaca takbir, taqdis, dan tahlil. Semua itu agar dihitung dengan ruas jari-jari tangannya. Karena di Hari Kiamat kelak, ruas-ruas jari tangan tersebut akan dimintai keterangan dan dituntut untuk berbicara. sumber gambar:gogopixlibrary Riwayat menghitung dzikir dengan ruas tangan ini juga diperkuat dengan satu riwayat yang tersebut dalam Sunan at-Tirmidzi, Sunan Abu dawud, Sunan an-Nasa’i secara shahih dari ‘Abdullah bin ‘Umar, . : Ra-aitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ya’qidu at-tasbih. Wa fi riwayatin: biyamiinihi. “Aku,” kata ‘Abdullah bin ‘Umar, “telah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghitung-hitung bacaan tasbihnya.” Di dalam riwayat dari jalur lain juga disebutkan, “(Rasulullah menghitung bacaan dzikir) dengan jari tangan kanannya.” Inilah hikmah agungnya. Apalagi terkait penggunaan biji tasbih, para ulama’ berbeda pendapat. Sebagian membolehkannya, sebagian lainnya tidak menganjurkan bahkan menganggapnya sebagai amalan bid’ah. Sedangkan menggunakan ruas jari tangan, maka amalan ini langsung direkomendasikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melalui riwayat dari ‘Abdullah bin ‘Umar yang termaktub dalam tiga kitab Sunan yang utama dalam Islam. Kelak, jari-jemari itulah yang akan bersaksi di hadapan Allah Ta’ala di Hari Kiamat. Bahwa ruas jari-jari tersebut digunakan untuk berdzikir menyebut-nyebut nama Allah Ta’ala. Subhanallah… Alhamdulillah… Allahu akbar. Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah] | sumber gambar cintaquransunnah Dzikir adalah ibadah yang utama. Dalam sebuah riwayat disebutkan, perbandingan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati. Kebutuhan manusia terhadap dzikir tak ubahnya kebutuhan ikan terhadap air. Disebutkan secara hasan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan atTirmidzi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberitahukan kepada seorang shahabiyah yang ikut hijrah ke Madinah agar menghitung dzikir dengan menggunakan ruas jari tangan. Apakah hikmah di balik perintah ini Anna annabiyya amara hunna anyuraiina bi attakbiiri wa attaqdiisi wa attahliili, wa anyaqidna bil anaamili, fa innahunna masuulaatun mustanthiqaatun. Nabi memerintahkan kaum wanita agar selalu membiasakan amalan dengan membaca takbir, taqdis, dan tahlil. Semua itu agar dihitung dengan ruas jarijari tangannya. Karena di Hari Kiamat kelak, ruasruas jari tangan tersebut akan dimintai keterangan dan dituntut untuk berbicara. sumber gambargogopixlibrary Riwayat menghitung dzikir dengan ruas tangan ini juga diperkuat dengan satu riwayat yang tersebut dalam Sunan atTirmidzi, Sunan Abu dawud, Sunan anNasai secara shahih dari Abdullah bin Umar, . Raaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yaqidu attasbih. Wa fi riwayatin biyamiinihi. Aku, kata Abdullah bin Umar, telah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghitunghitung bacaan tasbihnya. Di dalam riwayat dari jalur lain juga disebutkan, Rasulullah menghitung bacaan dzikir dengan jari tangan kanannya. Inilah hikmah agungnya. Apalagi terkait penggunaan biji tasbih, para ulama berbeda pendapat. Sebagian membolehkannya, sebagian lainnya tidak menganjurkan bahkan menganggapnya sebagai amalan bidah. Sedangkan menggunakan ruas jari tangan, maka amalan ini langsung direkomendasikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melalui riwayat dari Abdullah bin Umar yang termaktub dalam tiga kitab Sunan yang utama dalam Islam. Kelak, jarijemari itulah yang akan bersaksi di hadapan Allah Taala di Hari Kiamat. Bahwa ruas jarijari tersebut digunakan untuk berdzikir menyebutnyebut nama Allah Taala. Subhanallah Alhamdulillah Allahu akbar. Wallahu alam. PirmanBersamaDakwah |
Janganlah Berbuat Zalim! | https://muslim.or.id/53105-janganlah-berbuat-zalim.html | Daftar Isi Islam adalah agama yang penuh keadilan dan jauh dari kezaliman. Oleh karena itu Islam juga memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang berbuat zalim. Secara bahasa, zalim atau azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Disebutkan dalam Lisaanul Arab: : Azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya Secara istilah, zalim artinya melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran, baik karena kurang atau melebih batas. Al Asfahani mengatakan: : ( ) Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada posisinya yang tepat baginya, baik karena kurang maupun karena adanya tambahan, baik karena tidak sesuai dari segi waktunya ataupun dari segi tempatnya (Mufradat Allafzhil Quran Al Asfahani 537, dinukil dari Mausuah Akhlaq Durarus Saniyyah). Zalim juga diartikan sebagai perbuatan menggunakan milik orang lain tanpa hak. Al Jurjani mengatakan: . : ) Zalim artinya melewati koridor kebenaran hingga masuk pada kebatilan, dan ia adalah maksiat. Disebut oleh sebagian ahli bahasa bahwa zalim adalah menggunakan milik orang lain, dan melebihi batas (At Tarifat, 186, dinukil dari Mausuah Akhlaq Durarus Saniyyah). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin memiliki penjelasan yang bagus dalam memaknai zalim. Beliau mengatakan: ( ) (: 33) . Ketahuilah bahwa zalim itu adalah an naqsh (bersikap kurang). Allah Taala berfirman (yang artinya): Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu lam tazhlim (tidak kurang) buahnya sedikitpun. Maksudnya tidak kurang buahnya sedikit pun. Bersikap kurang itu bisa jadi berupa melakukan hal yang tidak diperbolehkan bagi seseorang, atau melalaikan apa yang diwajibkan baginya. Oleh karena itu zalim berporos pada dua hal ini, baik berupa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram (Syarah Riyadush Shalihin, 2/486). Oleh karena itu, jika dikatakan Amr menzalimi Zaid, artinya Amr melakukan hal yang tidak diperbolehkan terhadap Zaid atau Amr meninggalkan apa yang wajib ia lakukan terhadap Zaid. Lawan dari zalim atau azh zhulmu adalah adil atau al adl. Maka adil artinya menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya dan berada dalam koridor kebenaran. Baca Juga: Petunjuk Nabi dalam Menyikapi Penguasa Muslim yang Dzalim Perbuatan zalim terlarang dalam Islam. Terdapat banyak sekali ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi Shallallahualaihi Wasallam yang mencela dan melarang perbuatan zalim. Allah Taala berfirman: Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim (QS. Hud: 18). Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras (QS. Hud: 102). Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu (QS. Saba: 40). Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya (QS. Ghafir: 18). Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan (QS. Al Anam: 21). Dan ayat-ayat yang semisal sangatlah banyak. Adapun dalil-dalil dari As Sunnah, Nabi Shallallahualaihi Wasallam bersabda: : Allah Tabaaraka wa taala berfirman: wahai hambaku, sesungguhnya aku haramkan kezaliman atas Diriku, dan aku haramkan juga kezaliman bagi kalian, maka janganlah saling berbuat zalim (HR. Muslim no. 2577). Beliau juga bersabda: . jauhilah kezaliman karena kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578). Beliau juga bersabda: Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menelantarkannya (HR. Muslim no. 2564). Dan dalil-dalil yang mencela dan melarang perbuatan zalim datang dalam bentuk muthlaq, sehingga perbuatan zalim dalam bentuk apapun dan kepada siapa pun terlarang hukumnya. Bahkan kepada orang kafir dan kepada binatang sekalipun, tidak diperkenankan berbuat zalim. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: , Andaikan perbuatan yang kalian lakukan terhadap binatang itu diampuni, maka ketika itu diampuni banyak dosa (HR. Ahmad 6/441, dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2/41-42). Al Albani setelah menjelaskan derajat hadits ini beliau mengatakan, maknanya larangan dan peringatan terhadap perbuatan zalim pada hewan. Jadi, andaikan si pemilik binatang yang tidak memiliki kasih sayang terhadap binatangnya itu dimaafkan, maka ketika itu sungguh telah diampuni dosa yang banyak (Silsilah Ahadits Shahihah, 2/41-42). Jelas sudah bahwa Allah dan Rasul-Nya melarang kezaliman dalam bentuk apapun. Dan wajib untuk berbuat adil dalam segala sesuatu, Allah Taala berfirman: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa (QS. Al Maidah: 8). Baca Juga: Hukum Menghina atau Memanggil Orang Lain dengan Nama Binatang Perbuatan zalim menyebabkan pelakunya mendapat keburukan di dunia dan di akhirat. Diantaranya: Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya: : . : . . . Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?. Para shahabat pun menjawab, Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. Nabi bersabda, Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka. (HR. Muslim no. 2581). Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizhaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya. (HR. Al-Bukhari no. 2449) Allah Taala berfirman: (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk (QS. Ghafir: 52). Laknat dari Allah artinya dijauhkan dari rahmat Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat (HR. Al Bukhari no. 2447, Muslim no. 2578). Doa orang yang terzalimi dikabulkan oleh Allah, termasuk jika orang yang terzalimi mendoakan keburukan bagi yang menzaliminya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dan berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah. (HR. Bukhari no.1496, Muslim no.19). Allah Taala berfirman: Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS. Al Maidah: 51). Allah Taala berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan mendapatkan al falah (QS. Al Anam: 21). Al falah artinya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat Allah Taala berfirman: Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (QS. Al Hajj: 45). Baca Juga: Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: Zalim ada dua macam: pertama, kezaliman terkait dengan hak Allah Azza wa Jalla, kedua, kezaliman terkait dengan hak hamba. Kezaliman yang terbesar yang terkait dengan hak Allah adalah kesyirikan. Karena Nabi Shallallahualaihi Wasallam ditanya: dosa apa yang paling besar?, beliau menjawab: Engkau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu (HR. Bukhari no. 4477, Muslim no. 86). Setelah dosa syirik, lalu tingkatan setelahnya adalah kezaliman berupa dosa-dosa besar, kemudian setelahnya adalah dosa-dosa kecil. Adapun kezaliman yang terkait hak hamba, berporos pada tiga hal, yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam dalam khutbahnya ketika haji Wada, beliau bersabda: Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, semuanya haram atas sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, bulan ini, di tanah kalian ini (HR. Bukhari no. 67, Muslim no. 1679). Kezaliman terhadap jiwa seseorang itulah yang dimaksud kezaliman dalam darah, yaitu seseorang berbuat melebihi batas kepada sesama Muslim dengan menumpahkan darahnya, melukainya, atau semisal itu. Kezaliman terhadap harta yaitu seseorang berbuat melebihi batas terhadap sesama Muslim dalam masalah harta, baik berupa enggan mengeluarkan yang wajib ia keluarkan, atau dengan melakukan hal yang haram dalam masalah harta, atau berupa meninggalkan hal wajib ia lakukan, atau juga berupa melakukan sesuatu yang diharamkan terhadap harta orang lain. Adapun kezaliman terhadap kehormatan orang lain itu mencakup berbuat melebihi batas terhadap sesama Muslim dengan melakukan zina, atau liwath (sodomi), qodzaf, dan semisalnya. Semua jenis kezaliman ini haram hukumnya (Syarah Riyadus Shalihin, 2/485). Dan barangsiapa yang melakukan dua jenis kezaliman di atas, baik zalim terhadap hak Allah maupun zalim terhadap hak hamba, maka ia telah melakukan kezaliman kepada dirinya sendiri. Karena ia adalah makhluk yang dicipta untuk beribadah kepada-Nya, dengan menaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Maka dengan melanggar hal itu, ia tepat menempatkan dirinya pada tempat yang tidak sesuai dan inilah kezaliman. Oleh karena itu Allah Taala menyebutkan hamba-Nya yang bermaksiat dengan menzalimi dirinya sendiri, di antara hamba Kami ada yang menzalimi dirinya sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang berlomba berbuat kebaikan (QS. Fathir: 32). As Sadi mengatakan: ada yang menzalimi dirinya, yaitu dengan maksiat (Taisir Karimirrahman). Ketahuilah bahwa kezaliman terbesar itu bukanlah kezaliman dari penguasa, bukan kezaliman dari diktator yang keji, bukan kezaliman dari kaum kapitalis, namun kezaliman terbesar di dunia ini adalah mempersembahkan ibadah kepada selain Allah, atau perbuatan syirik. Kezaliman mana lagi yang lebih besar dari menyekutukan Rabb yang telah menciptakan kita, memberi segala nikmat dan keselamatan selama ini? Oleh karena itu ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam ditanya: dosa apa yang paling besar, beliau menjawab: Engkau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu Allah Taala berfirman: Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang terbesar (QS. Luqman: 13). As Sadi menjelaskan ayat ini, alasan mengapa syirik adalah kezaliman tersbesar adalah, bahwasanya tidak ada yang lebih parah dan lebih buruk dari orang yang menyetarakan makhluk yang terbuat dari tanah dengan Sang Pemilik semua makhluk, menyetarakan makhluk yang tidak memiliki sesuatu apapun dengan Dzat yang memiliki semuanya, menyetarakan makhluk yang serba kurang dan fakir dari segala sisinya dengan Rabb yang sempurna dan Maha Kaya dari segala sisinya, menyetarakan makhluk yang tidak bisa memberikan satu nikmat pun dengan Dzat yang memberikan semua nikmat dalam agamanya, dunianya dan akhiratnya. Padahal hati orang tersebut beserta raganya, adalah dari Allah. Dan tidaklah keburukan tercegah darinya, kecuali karena Allah. Maka adakah kezaliman yang lebih besar dari ini? (Taisir Karimirrahman). Maka saudaraku, jauhilah perbuatan syirik! jauhilah semua bentuk perbuatan zalim! Berlaku adil lah dalam segala sesuatu. Semoga Allah memberi taufiq. Wallahu waliyyu dzalika wal qaadiru alaihi. Baca Juga: Angka Keramat — Referensi: — Penulis: Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id | Daftar Isi Islam adalah agama yang penuh keadilan dan jauh dari kezaliman. Disebutkan dalam Lisaanul Arab Azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya Secara istilah, zalim artinya melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran, baik karena kurang atau melebih batas. Allah Taala berfirman yang artinya Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu lam tazhlim tidak kurang buahnya sedikitpun. Oleh karena itu zalim berporos pada dua hal ini, baik berupa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram Syarah Riyadush Shalihin, 2486. Allah Taala berfirman Ingatlah, laknat Allah ditimpakan atas orangorang yang zalim QS. Dan ayatayat yang semisal sangatlah banyak. Dan wajib untuk berbuat adil dalam segala sesuatu, Allah Taala berfirman Hai orangorang yang beriman hendaklah kamu jadi orangorang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Diantaranya Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertanya . . . . Para shahabat pun menjawab, Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. Kelak kebaikankebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Siapa yang pernah berbuat aniaya zhalim terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya maaf pada hari ini di dunia sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat HR. Doa orang yang terzalimi dikabulkan oleh Allah, termasuk jika orang yang terzalimi mendoakan keburukan bagi yang menzaliminya. Allah Taala berfirman Sesungguhnya orangorang yang zalim tidak akan mendapatkan al falah QS. Baca Juga AdabAdab Dalam Memberikan Nasehat Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan Zalim ada dua macam pertama, kezaliman terkait dengan hak Allah Azza wa Jalla, kedua, kezaliman terkait dengan hak hamba. Karena Nabi Shallallahualaihi Wasallam ditanya dosa apa yang paling besar, beliau menjawab Engkau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu HR. Adapun kezaliman yang terkait hak hamba, berporos pada tiga hal, yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahualaihi Wasallam dalam khutbahnya ketika haji Wada, beliau bersabda Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian, semuanya haram atas sesama kalian. Karena ia adalah makhluk yang dicipta untuk beribadah kepadaNya, dengan menaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. As Sadi mengatakan ada yang menzalimi dirinya, yaitu dengan maksiat Taisir Karimirrahman. Kezaliman mana lagi yang lebih besar dari menyekutukan Rabb yang telah menciptakan kita, memberi segala nikmat dan keselamatan selama ini Oleh karena itu ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam ditanya dosa apa yang paling besar, beliau menjawab Engkau menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu Allah Taala berfirman Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang terbesar QS. Dan tidaklah keburukan tercegah darinya, kecuali karena Allah. Maka saudaraku, jauhilah perbuatan syirik jauhilah semua bentuk perbuatan zalim Berlaku adil lah dalam segala sesuatu. Wallahu waliyyu dzalika wal qaadiru alaihi. Baca Juga Angka Keramat Referensi Penulis Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id |
Keutamaan Hari Jum’at; Haji Seminggu Sekali | https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/keutamaan-hari-jumat-haji-seminggu-sekali/ | Keutamaan hari Jumat, seperti haji seminggu sekali. Ini mengindikasikan bahwa hari Jumat merupakan hari yang mulia. Keutamaan Hari Jumat, penuh ampunan dan rahmat Allah. Dari satu sisi, Islam sangat idealis. Namun di sisi lain, islam juga realistis dengan tidak menutup mata dari realitas yang ada. Sebelum memulai tulisan ini, kami akan mengutip salah satu jargon yang seringkali disampaikan oleh Kiyai Afifuddin Muhajir, baik di seminar-seminar maupun dalam bukunya. turun dari langit idealisme menuju dunia realitas Dalam konteks haji, idealnya semua umat islam menunaikan haji ke Baitulharam sebagaimana diwajibkan oleh syariat. Namun melihat realitas, tidak semua umat islam mampu melaksanakan kewajiban haji tersebut karena banyak faktor. Bisa karena alasan ekonomi, kondisi fisik, administrasi Negara, dan tidak adanya mahram bagi perempuan juga menjadi alasan tidak bisa menggelar haji. Keutamaan Hari Jumat, Seperti Ibadah Haji Maka Nabi Muhammad saw. memberikan solusi bagi mereka yang tidak mampu menunaikan haji, yaitu melaksanakan Jumat. Bukankah, hari jumat adalah hari istimewa bagi ummat Nabi? Maka tidak mengherankan jika Nabi memberikan obat untuk ummatnya yang ingin menyicipi pahala haji namun tidak mampu melaksanakannya. Orang yang tidak mampu haji maka dengan melaksanakan Jumat bisa mendapat (pahala) haji. Inilah keistimewaan dan keutamaan hari Jumat Dalam hal ini, al-Qadlai dan Ibnu Asyakir meriwayatkan hadis Nabi dari Ibnu Abbas. (al-Qadlai, Musnad al-Qadlai, 1/81). : : Nabi Muhammad bersabda, Adapun Jumat adalah hajinya orang-orang fakir Sudah barang tentu hadis di atas (seandainya sahih) tidak bisa dipahami secara skrituralis. Artinya, orang-orang yang tidak mampu melaksanakan haji memang mendapat pahala haji jika melaksanakan jumat. Namun bukan berarti menggugurkan kewajiban haji seandainya suatu hari telah memenuhi syarat-syarat kewajiban haji. (Baca juga: Ini Amalan Shalawat Sahabat Ibnu Masud di Hari Jumat). Pengarang kitab Faidul Qadir mengutip pendapat al-Manawi dalam mengomentari tentang hadis di atas. : tatkala orang-orang miskin tidak mampu melaksanakan haji karena faktor ekonomi ataupun fisik sementara ia sangat menginginkan menunaikan ibadah haji maka Allah swt memandang akan kesedihannya kemudian Allah memberikan pahala haji sebab tekad dan komitmen baiknya. Sesungguhnya di Madinah ada masyarakat yang kalian tidak menempuh suatu lembah kecuali mereka akan mendahuluinya. Hanya saja, mereka ada halangan (Abdurrauf, Faidul Qadir, 3/359). Dalam kitab yang sama, pengarang kitab Faidul Qadir itu juga menegaskan bahwa yang dimaksud dengan hadis tersebut bahwa jumat adalah haji bagi orang yang tidak mampu adalah majazi bukan secara hakiki. yang dimaksud (dengan hadis) adalah barang siapa yang tidak mampu melaksanakan haji maka berangkatnya orang tersebut untuk melaksanakan jumat di masjid sama dengan haji (pahalanya) bukan sebagaimana permintaan orang-orang kepada haji itu sendiri Namun demikian, terlepas dari pro-kontra tentang hadis itu, baik dari sanad maupun dilalahnya. Umat islam sepakat bahwa hari jumat dan sholat jumat merupakan keistimewaan umat ini. maka tidak mengherankan jika di dalamnya banyak mengandung fadhilah yang besar. Kisah Keutamaan Hari Jumat Saking besar keutamaan hari jumat, pahala Jumat disamakan dengan pahala haji. Sehingga membuat masyarakat kubur yang sudah meninggal pun merasa cemburu dan iri kepada masyarakat di dunia yang masih hidup, lantaran mereka tidak lagi bisa melaksanakan Jumat. Dalam kitab al-Mawaid al-Usyfuriyah misalnya menukil suatu hikayat tentang keutamaan sholat Jumat dan keutamaan hari jumat yang disamakan dengan menunaikan haji yang mabrur 4 kali dalam satu bulan. Syeh Muhammad bin Abu Bakar al-Usyfury menuturkan kisah Maisyarah yang berbincang-bincang dengan ahli kubur. Imam al-Zandusiti berkata, Saya telah mendengar kalau Imam Abu Muhammad bin Abdillah bin Fadhal menyampaikan cerita saat beliau sedang mengajar. Namun cerita itu, disampaikan dalam bahasa Persia Adapun konten dari kisah itu adalah al-Auzai berkata, Suatu hari, Maisyaroh bin Khunnais berjalan melewati kuburan-kuburan. Sebagaimana dianjurkan Rasulullah, ia mengucapkan salam,; Semoga keselamatan tercurah limpahkan atas kalian semua wahai Ahli Kubur! Kalian telah mendahului kami dan kami pasti akan menyusul kalian. Semoga Allah swt. merahmati, mengampuni, dan memberkati kami dan kalian semua untuk berjumpa dengannya suatu saat, yaitu ketika kami telah mengalami apa yang kalian alami sekarang (mati) Setelah itu, dengan kebesaran Allah, Allah mengembalikan ruh ke jasadnya salah satu diantara ahli kubur itu. kemudian tanpa menjawab salam yang dilontarkan Maiysaroh, ahli kubur yang kembali bangkit itu langsung berkata dengan kata-kata indah dan fasih; Beruntung sekali kalian wahai penduduk bumi yang (masih hidup)! Kalian bisa melakukan haji setia bulan sebanyak empat kali tanpa susah payah pergi ke Mekah Maisyaroh kebingungan, ia pun melontarkan pertanyaan, kemanakah kami melakukan haji hingga sebanyak empat kali dalam setiap bulan? Bukankah waktu haji hanya satu kali dalam setahun? Semoga Allah merahmatimu tegas Maisyaroh. Si penghuni kubur lantas menjawabnya, berangkat sholat jumat. Apakah kalian tidak sadar kalau melaksanakan sholat jumat adalah seperti menunaikan ibadah haji yang mebrur dan diterima?. Demikianlah sepenggal kisah tentang keistimewaan hari Jumat bagi umat ini. setelah memberi tahu hal itu, Maisyaroh sharing kembali dan minta pendapat amal apa saja yang berguna di akhirat. Penghuni kubur pun memberi saran kepada Maisyaroh untuk banyak istighfar karena istighfar banyak manfaatnya di akhirat kelak. Dan penghuni kubur juga memberitahu bahwa kebaikan-kebaikan yang bisa dilakukan orang hidup tidak lagi memiliki nilai bagi orang yang meninggal karena kebaikan-kebaikan tersebut sudah diangkat dari ahli kubur. Oleh karena itu, kebaikan orang yang sudah meninggal tidak akan bertamabah dan keburukannya tidak akan berkurang. (al-Usyfuriy, al-Mawaid al-Usyfuriyah, 7). Demikian penjelasan terkait keutamaan hari Jum,at. Semoga keutamaan hari jumat tersebut memberikan manfaat kita semua. Wallahu alam. (Baca juga: Hukum Berbagi Makanan Setelah Shalat Jumat) | Keutamaan hari Jumat, seperti haji seminggu sekali. Namun di sisi lain, islam juga realistis dengan tidak menutup mata dari realitas yang ada. Sebelum memulai tulisan ini, kami akan mengutip salah satu jargon yang seringkali disampaikan oleh Kiyai Afifuddin Muhajir, baik di seminarseminar maupun dalam bukunya. turun dari langit idealisme menuju dunia realitas Dalam konteks haji, idealnya semua umat islam menunaikan haji ke Baitulharam sebagaimana diwajibkan oleh syariat. Namun melihat realitas, tidak semua umat islam mampu melaksanakan kewajiban haji tersebut karena banyak faktor. Bisa karena alasan ekonomi, kondisi fisik, administrasi Negara, dan tidak adanya mahram bagi perempuan juga menjadi alasan tidak bisa menggelar haji. Keutamaan Hari Jumat, Seperti Ibadah Haji Maka Nabi Muhammad saw. Orang yang tidak mampu haji maka dengan melaksanakan Jumat bisa mendapat pahala haji. Nabi Muhammad bersabda, Adapun Jumat adalah hajinya orangorang fakir Sudah barang tentu hadis di atas seandainya sahih tidak bisa dipahami secara skrituralis. Baca juga Ini Amalan Shalawat Sahabat Ibnu Masud di Hari Jumat. Pengarang kitab Faidul Qadir mengutip pendapat alManawi dalam mengomentari tentang hadis di atas. Sesungguhnya di Madinah ada masyarakat yang kalian tidak menempuh suatu lembah kecuali mereka akan mendahuluinya. Hanya saja, mereka ada halangan Abdurrauf, Faidul Qadir, 3359. maka tidak mengherankan jika di dalamnya banyak mengandung fadhilah yang besar. Sehingga membuat masyarakat kubur yang sudah meninggal pun merasa cemburu dan iri kepada masyarakat di dunia yang masih hidup, lantaran mereka tidak lagi bisa melaksanakan Jumat. Syeh Muhammad bin Abu Bakar alUsyfury menuturkan kisah Maisyarah yang berbincangbincang dengan ahli kubur. Imam alZandusiti berkata, Saya telah mendengar kalau Imam Abu Muhammad bin Abdillah bin Fadhal menyampaikan cerita saat beliau sedang mengajar. merahmati, mengampuni, dan memberkati kami dan kalian semua untuk berjumpa dengannya suatu saat, yaitu ketika kami telah mengalami apa yang kalian alami sekarang mati Setelah itu, dengan kebesaran Allah, Allah mengembalikan ruh ke jasadnya salah satu diantara ahli kubur itu. kemudian tanpa menjawab salam yang dilontarkan Maiysaroh, ahli kubur yang kembali bangkit itu langsung berkata dengan katakata indah dan fasih Beruntung sekali kalian wahai penduduk bumi yang masih hidup Kalian bisa melakukan haji setia bulan sebanyak empat kali tanpa susah payah pergi ke Mekah Maisyaroh kebingungan, ia pun melontarkan pertanyaan, kemanakah kami melakukan haji hingga sebanyak empat kali dalam setiap bulan Bukankah waktu haji hanya satu kali dalam setahun Semoga Allah merahmatimu tegas Maisyaroh. Si penghuni kubur lantas menjawabnya, berangkat sholat jumat. Penghuni kubur pun memberi saran kepada Maisyaroh untuk banyak istighfar karena istighfar banyak manfaatnya di akhirat kelak. Dan penghuni kubur juga memberitahu bahwa kebaikankebaikan yang bisa dilakukan orang hidup tidak lagi memiliki nilai bagi orang yang meninggal karena kebaikankebaikan tersebut sudah diangkat dari ahli kubur. Demikian penjelasan terkait keutamaan hari Jum,at. Baca juga Hukum Berbagi Makanan Setelah Shalat Jumat |
Bagiku amalanku dan bagimu amalanmu | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Bagiku-amalanku-dan-bagimu-amalanmu | QS.Surat Al-Qasas[28]:55 () 55. Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil. QS.Surat Asy-Syura[42]:15 () 15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah [1344] sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita) . [1344] Maksudnya : tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berdawah. | QS.Surat AlQasas2855 55. Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata Bagi kami amalamal kami dan bagimu amalamalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orangorang jahil. QS.Surat AsySyura4215 15. Maka karena itu serulah mereka kepada agama ini dan tetaplah 1344 sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalamal kami dan bagi kamu amalamal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepadaNyalah kembali kita . 1344 Maksudnya tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berdawah. |
Keadaan orang yang gugur di jalan Allah | https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Keadaan-orang-yang-gugur-di-jalan-Allah | QS.Surat Ali `Imran[3]:170 () 170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka [249], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [249] Maksudnya ialah teman-temannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah s.w.t. | QS.Surat Ali Imran3170 170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orangorang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka 249, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. 249 Maksudnya ialah temantemannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah s.w.t. |
Tata Cara Bayar Zakat Fitrah Secara Lengkap dan Mudah Dipahami | https://rumaysho.com/24448-tata-cara-bayar-zakat-fitrah-secara-lengkap-dan-mudah-dipahami.html | Bagaimana tata cara bayar zakat fitrah? Berikut tata cara yang kami sarikan dalam penjelasan Syaikh Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaily dalam Al-Mutamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii. Insya Allah ini bahasan lengkap dan mudah dipahami. Zakat fitrah adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan pada saat terbenamnya matahari pada akhir hari Ramadhan dengan syarat tertentu, dikenakan bagi setiap mukallaf dan yang ditanggung nafkahnya.Zakat fitrah ini disebutkan dengan istilah shadaqah al-fithri atau zakat al-fithroh. Para fuqaha menyebut untuk harta yang dikeluarkan zakatnya dengan sebutan fithroh.Disebut zakat fithri karena kewajibannya dikenakan dengan masuknya Idulfitri pada akhir Ramadhan. Artinya zakat fithri adalah zakat karena berbuka dari berpuasa.Baca Juga: Zakat Fitrah Dikeluarkan Sejak Awal Ramadhan Karena PandemiZakat fitrah itu wajib, diwajibkan pada tahun kedua hijriyah, pada tahun yang sama diwajibkan puasa Ramadhan. Hadits Ibnu Umar berikut menjelaskan tentang kewajiban zakat fitrah. Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, – – Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah dengan satu sho kurma atau satu sho gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan untuk dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat Id. (HR. Bukhari, no. 1503 dan Muslim, no. 984) Waki bin Al-Jarrah mengatakan, Zakat fitrah untuk bulan Ramadhan itu seperti sujud sahwi ketika shalat. Zakat fitrah itu menutup kekurangan saat puasa sebagaimana sujud sahwi menutupi kekurangan shalat. (Lihat Mughni Al-Muhtaj dan Al-Majmu, dinukil dari Al-Mutamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 2:96)Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, - - .Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah. (HR. Abu Daud, no. 1609 dan Ibnu Majah, no. 1827. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Zakat fitrah diwajibkan dengan tenggelamnya matahari pada malam Idulfitri (masuk Idulfitri). Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata, - - Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan zakat untuk berbuka dari Ramadhan (zakat fithri). (HR. Muslim, no. 984) Hukum zakat fitrah itu wajib bagi tiap jiwa yang:Baca Juga: Apakah Ayah Wajib Membayarkan Zakat Fitrah Anaknya yang Sudah Bekerja?Jika terpenuhi syarat-syarat tadi, wajib bagi mukallaf (muslim, baligh, berakal) menunaikan zakat fitrah untuk dirinya masing-masing. Ia juga wajib menunaikan zakat fitrah untuk orang yang ditanggung nafkahnya karena sebab nikah, hubungan kerabat, atau menjadi pembantu (pelayan di rumah). Kesimpulannya, seseorang menanggung zakat fitrah untuk:Catatan: | Bagaimana tata cara bayar zakat fitrah Berikut tata cara yang kami sarikan dalam penjelasan Syaikh Prof. Dr. Muhammad AzZuhaily dalam AlMutamad fii AlFiqh AsySyafii. Insya Allah ini bahasan lengkap dan mudah dipahami. Zakat fitrah adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan pada saat terbenamnya matahari pada akhir hari Ramadhan dengan syarat tertentu, dikenakan bagi setiap mukallaf dan yang ditanggung nafkahnya. Zakat fitrah ini disebutkan dengan istilah shadaqah alfithri atau zakat alfithroh. Para fuqaha menyebut untuk harta yang dikeluarkan zakatnya dengan sebutan fithroh. Artinya zakat fithri adalah zakat karena berbuka dari berpuasa. Hadits Ibnu Umar berikut menjelaskan tentang kewajiban zakat fitrah. Zakat tersebut diperintahkan untuk dikeluarkan sebelum orangorang keluar untuk melaksanakan shalat Id. HR. 984 Waki bin AlJarrah mengatakan, Zakat fitrah untuk bulan Ramadhan itu seperti sujud sahwi ketika shalat. Lihat Mughni AlMuhtaj dan AlMajmu, dinukil dari AlMutamad fii AlFiqh AsySyafii, 296Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, .Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan katakata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah. AlHafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Zakat fitrah diwajibkan dengan tenggelamnya matahari pada malam Idulfitri masuk Idulfitri. 984 Hukum zakat fitrah itu wajib bagi tiap jiwa yangBaca Juga Apakah Ayah Wajib Membayarkan Zakat Fitrah Anaknya yang Sudah BekerjaJika terpenuhi syaratsyarat tadi, wajib bagi mukallaf muslim, baligh, berakal menunaikan zakat fitrah untuk dirinya masingmasing. Ia juga wajib menunaikan zakat fitrah untuk orang yang ditanggung nafkahnya karena sebab nikah, hubungan kerabat, atau menjadi pembantu pelayan di rumah. Kesimpulannya, seseorang menanggung zakat fitrah untukCatatan |
Ahlul Bidah Ataukah Bukan? | https://muslim.or.id/6948-ahlul-bidah-ataukah-bukan.html | Pada sebuah kesempatan, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafizhahullah ditanya: Diantara para penuntut ilmu / santri terdapat perbedaan mengenai definisi mubtadi (ahlul bidah). Sebagian mereka mengatakan mubtadi adalah orang yang mengatakan atau melakukan kebidahan, meskipun ia belum paham. Sebagian yang lain berkata bahwa mubtadi itu pelaku bidah yang sudah dipahamkan bahwa yang dilakukannya adalah bidah. Sebagian lagi ada yang membedakan apakah pelaku bidah itu ulama mujtahid yang mempelopori kebidahan ataukah bukan ulama mujtahid. Dari beberapa pengertian ini kadang timbul vonis bahwa Ibnu Hajar Al Asqalani atau An Nawawi adalah mubtadi tanpa toleransi sedikitpun kepada mereka. Kami meminta kejelasan dari anda yang memiliki pemahaman yang mendalam dalam permasalahan ini. Semoga Allah membalas kebaikan anda. Beliau menjawab: Pertama, seorang penuntut ilmu agama yang masih pemula atau juga orang awam hendaknya tidak menyibukkan dirinya dalam memvonis seseorang itu mubtadi atau seseorang itu fasiq. Karena hal ini sangat berbahaya bagi orang yang tidak memiliki ilmu agama yang mendalam tentang masalah ini. Selain itu, menyibukkan diri dalam memvonis mubtadi atau fasiq akan menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka. Maka yang semestinya menjadi kesibukan para penuntut ilmu yang masih pemula atau orang awam adalah: menuntut ilmu agama, dan menahan lisan mereka dari hal-hal yang tidak memberikan faidah bagi mereka. Bahkan menyibukkan diri dalam memvonis tersebut akan menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bagi yang lain. Kedua, bidah adalah perkara yang diada-adakan dalam urusan agama yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Sebagaimana sabda beliau: Siapa saja yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami ini (agama), yang tidak diajarkan oleh agama, maka tertolak (HR. Bukhari no.167, dari jalan Aisyah Radhiallahuanha) Jika seseorang berbuat bidah karena tidak paham, maka ia dimaafkan karena ketidak-tahuannya tersebut dan tidak dihukumi sebagai mubtadi, namun perbuatannya disebut sebagai perbuatan bidah. Ketiga, ulama yang berbuat kesalahan ijtihad berupa tawil (sifat-sifat Allah), sebagaimana Ibnu Hajar Al Asqalani dan An Nawawi yang telah mentawil beberapa sifat Allah, mereka berdua tidak dihukumi mubtadi. Camkan baik-baik, mereka berdua telah berbuat kesalahan dalam hal tersebut, namun kita memohonkan ampunan Allah untuk keduanya karena mengingat perjuangan mereka berdua dalam mengagungkan sunnah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Mereka berdua adalah imam besar yang terpercaya dikalangan para ulama. [Diterjemahkan dari Muntaqa Fatawa Al Fauzan Jilid 2, fatwa no.181, Asy Syamilah] Baca juga: Bidah Bukan Dalam Urusan Dunia — Penerjemah: Yulian Purnama Artikel: Muslim.or.id | Pada sebuah kesempatan, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan Hafizhahullah ditanya Diantara para penuntut ilmu santri terdapat perbedaan mengenai definisi mubtadi ahlul bidah. Sebagian mereka mengatakan mubtadi adalah orang yang mengatakan atau melakukan kebidahan, meskipun ia belum paham. Sebagian yang lain berkata bahwa mubtadi itu pelaku bidah yang sudah dipahamkan bahwa yang dilakukannya adalah bidah. Sebagian lagi ada yang membedakan apakah pelaku bidah itu ulama mujtahid yang mempelopori kebidahan ataukah bukan ulama mujtahid. Dari beberapa pengertian ini kadang timbul vonis bahwa Ibnu Hajar Al Asqalani atau An Nawawi adalah mubtadi tanpa toleransi sedikitpun kepada mereka. Kami meminta kejelasan dari anda yang memiliki pemahaman yang mendalam dalam permasalahan ini. Semoga Allah membalas kebaikan anda. Beliau menjawab Pertama, seorang penuntut ilmu agama yang masih pemula atau juga orang awam hendaknya tidak menyibukkan dirinya dalam memvonis seseorang itu mubtadi atau seseorang itu fasiq. Karena hal ini sangat berbahaya bagi orang yang tidak memiliki ilmu agama yang mendalam tentang masalah ini. Selain itu, menyibukkan diri dalam memvonis mubtadi atau fasiq akan menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka. Maka yang semestinya menjadi kesibukan para penuntut ilmu yang masih pemula atau orang awam adalah menuntut ilmu agama, dan menahan lisan mereka dari halhal yang tidak memberikan faidah bagi mereka. Bahkan menyibukkan diri dalam memvonis tersebut akan menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bagi yang lain. Kedua, bidah adalah perkara yang diadaadakan dalam urusan agama yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Sebagaimana sabda beliau Siapa saja yang mengadaadakan sesuatu dalam urusan kami ini agama, yang tidak diajarkan oleh agama, maka tertolak HR. Bukhari no.167, dari jalan Aisyah Radhiallahuanha Jika seseorang berbuat bidah karena tidak paham, maka ia dimaafkan karena ketidaktahuannya tersebut dan tidak dihukumi sebagai mubtadi, namun perbuatannya disebut sebagai perbuatan bidah. Ketiga, ulama yang berbuat kesalahan ijtihad berupa tawil sifatsifat Allah, sebagaimana Ibnu Hajar Al Asqalani dan An Nawawi yang telah mentawil beberapa sifat Allah, mereka berdua tidak dihukumi mubtadi. Camkan baikbaik, mereka berdua telah berbuat kesalahan dalam hal tersebut, namun kita memohonkan ampunan Allah untuk keduanya karena mengingat perjuangan mereka berdua dalam mengagungkan sunnah Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Mereka berdua adalah imam besar yang terpercaya dikalangan para ulama. Diterjemahkan dari Muntaqa Fatawa Al Fauzan Jilid 2, fatwa no.181, Asy Syamilah Baca juga Bidah Bukan Dalam Urusan Dunia Penerjemah Yulian Purnama Artikel Muslim.or.id |
Pembunuh Bayaran yang Dibolehkan | https://konsultasisyariah.com/10699-pembunuh-bayaran.html | Fenomena pembunuh bayaran akhir-akhir ini mencuat ke ruang publik, dahulu orang-orang mengenal pembunuh bayaran adalah aktivitas klandestin (rahasia). Namun kini, pembunuh bayaran tampil vulgar mengiklankan “jasa” mereka secara online. Membunuh termasuk dosa besar. Allah Subhanahu wa Ta’la berfirman, “Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. zi no.1395 dan An Nasai 7:82) “Sekiranya penduduk langit dan bumi bersatu untuk membunuh seorang muslim, maka Allah benamkan mereka semua di neraka.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Ash Shaghir, 565) Perhatikanlah betapa besar harga darah seorang muslim di sisi Allah sehingga orang yang menumpahkan darah seorang muslim layak dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya. Di sisi lain Islam melegalkan pembunuhan dengan syarat-syarat yang dibenarkan oleh syariat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (Syahadatain), menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal tersebut maka terjaga dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka pada Allah.” (HR. Al Bukhari no. 25) Dalam hadis yang lain dari Anas bin Malik, Rasulullah ditanya, “Apa hak-hak Islam tersebut?” Rasulullah menjawab, “Berzina setelah terjaga (menikah), kufur setelah beriman, dan membunuh jiwa, maka mereka dihukum bunuh karena melakukannya.” (Al Haitsami menyebutkannya dalam Mujma Az , 1:25 dan dikuatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath) Demikian juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, : aklah halal darah seorang Muslim yang bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali disebabkan oleh satu dari tiga sebab: orang muhsan (yang pernah menikah secara sah) yang berzina, dihukum bunuh (qishash) karena membunuh, dan orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jamaah’.” (HR. Bukhari no. 6878 dan Muslim no 1676) Ayat dan hadis-hadis di atas menyatakan adanya pembunuhan yang dibenarkan. Pembunuhan ini sebagai ganjaran bagi orang-orang yang berani menumpahkan darah seorang muslim dan erai kehormatan mereka dan memberikan efek jera bagi orang lain agar tidak melakukan tindakan serupa. Syariat ini diistilahkan dengan hukum qishash. Syariat qishas tentu tidak akan tegak tanpa adanya seorang algojo (pembunuh bayaran) yang melakukan eksekusi. Algojo tersebut ditugaskan oleh pemerintah Islam untuk melaksanakan tugasnya dan ia pun berhak mendapatkan kompensasi atas tugas yang ia kerjakan. Ditulis oleh Nurfitri Hadi (Tim Konsultasi Syariah) Artikel | Fenomena pembunuh bayaran akhirakhir ini mencuat ke ruang publik, dahulu orangorang mengenal pembunuh bayaran adalah aktivitas klandestin rahasia. Namun kini, pembunuh bayaran tampil vulgar mengiklankan jasa mereka secara online. Allah Subhanahu wa Tala berfirman, Dan barang siapa yang membunuh seorang mumin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatinya serta menyediakan azab yang besar baginya. An Nisa 93 Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang muslim. Thabrani dalam Mujam Ash Shaghir, 565 Perhatikanlah betapa besar harga darah seorang muslim di sisi Allah sehingga orang yang menumpahkan darah seorang muslim layak dijatuhi hukuman yang seberatberatnya. Di sisi lain Islam melegalkan pembunuhan dengan syaratsyarat yang dibenarkan oleh syariat. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah Syahadatain, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal tersebut maka terjaga dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka pada Allah. 25 Dalam hadis yang lain dari Anas bin Malik, Rasulullah ditanya, Apa hakhak Islam tersebut Rasulullah menjawab, Berzina setelah terjaga menikah, kufur setelah beriman, dan membunuh jiwa, maka mereka dihukum bunuh karena melakukannya. Al Haitsami menyebutkannya dalam Mujma Az , 125 dan dikuatkan oleh Ath Thabrani dalam Mujam Al Ausath Demikian juga sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, aklah halal darah seorang Muslim yang bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali disebabkan oleh satu dari tiga sebab orang muhsan yang pernah menikah secara sah yang berzina, dihukum bunuh qishash karena membunuh, dan orang yang meninggalkan agamanya yang memisahkan diri dari jamaah. Pembunuhan ini sebagai ganjaran bagi orangorang yang berani menumpahkan darah seorang muslim dan erai kehormatan mereka dan memberikan efek jera bagi orang lain agar tidak melakukan tindakan serupa. Syariat ini diistilahkan dengan hukum qishash. Syariat qishas tentu tidak akan tegak tanpa adanya seorang algojo pembunuh bayaran yang melakukan eksekusi. Algojo tersebut ditugaskan oleh pemerintah Islam untuk melaksanakan tugasnya dan ia pun berhak mendapatkan kompensasi atas tugas yang ia kerjakan. Ditulis oleh Nurfitri Hadi Tim Konsultasi Syariah Artikel |
Bolehkah Melakukan Perbuatan Haram Karena Was-Was? | https://konsultasisyariah.com/1796-bolehkah-melakukan-perbuatan-haram-karena-was-was.html | Pertanyaan: Apakah manusia mempunyai uzur bila melakukan tindakan-tindakan yang haram disebabkan penyakit was-was? Jawaban: Apabila semua tindakan yang haram itu tidak berada dalam kendalinya, maka ia mendapat uzur. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan segala sesuatu yang tak sanggup kami pikul.” (Qs. al-Baqarah: 286) Adapun apabila semua tindakan-tindakan yang haram tersebut berada dalam kendalinya, serta dia mungkin untuk membebaskan dirinya dari hal itu, dengan cara mempraktikkan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (seperti: beristiazah dan berpaling darinya), maka dia tidak mendapat uzur. Sumber: Fatwa-Fatwa Mengobati Penyakit Was-Was, Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Pustaka at-Tibyan. (Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi | Pertanyaan Apakah manusia mempunyai uzur bila melakukan tindakantindakan yang haram disebabkan penyakit waswas Jawaban Apabila semua tindakan yang haram itu tidak berada dalam kendalinya, maka ia mendapat uzur. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala, Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan segala sesuatu yang tak sanggup kami pikul. Qs. alBaqarah 286 Adapun apabila semua tindakantindakan yang haram tersebut berada dalam kendalinya, serta dia mungkin untuk membebaskan dirinya dari hal itu, dengan cara mempraktikkan perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam seperti beristiazah dan berpaling darinya, maka dia tidak mendapat uzur. Sumber FatwaFatwa Mengobati Penyakit WasWas, Syekh Muhammad bin Shalih alUtsaimin, Pustaka atTibyan. Dengan beberapa pengubahan tata bahasa dan aksara oleh redaksi |
Apakah membangunkan orang yang tidur waktu khutbah jumah atau membiarkannya berdasarkan hadits Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam larangan sia-sia dan mengusap kerikil ketika imam khutbah? | https://islamqa.info/id/answers/262566/hukum-membangunkan-orang-tidur-di-sela-sela-khutbah | Alhamdulillah. Siapa yang hadir jumah harus diam. Diharamkan berbicara. Meskipun mengajak pada kebaikan dan melarang kemungkaran. Sebagaimana yang diriwayatan Bukhori, (934) dan Muslim, (851) dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda: ( : ). “Kalau anda mengatakan kepada temanmu ‘Diam’ pada hari Jumah ketika Imam sedang khutbah, maka telah sia-sia. Ibnu Hamam rahimahullah mengatakan, “Diharamkan dalam khutbah berbicara. Meskipun itu untuk menyuruh kebaikan atau bertasbih.” Selesai dari ‘Fathul Qodir, (2/68). Yang dianjurkan membangunkan orang tidur dengan perbuatan tanpa berbicara karena ada larangan hal itu. Seperti menggerakkan dengan tangannya atau semisal itu. Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya, “Sebagian orang tidur ketika waktu khutbah Jumah, apakah kalau saya bangunkan termasuk sia-sia tidak mendapatkan (pahala) jumah baginya? Maka beliau menjawab, “Dianjurkan membangunkannya dengan perbuatan bukan dengan perkataan. Karena perkataan waktu khutbah tidak diperbolehkan. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihiwa sallam: ( : ). “Kalau anda mengatakan kepada temanmu ‘Diam’ pada hari Jumah ketika Imam sedang khutbah, maka telah sia-sia. Muttafaq Ala Sihhatihi (sepakat keabsahan haditsnya). Dan Nabi sallallahu alaihi wa sallam memberi nama ‘Sia-sia’ padahal dia menyuruh kebaikan. Hal itu menunjukkan wajibnya dia dan diharamkan berbicara waktu khutbah. Wallahul muwafiq. Selesai dari ‘Fatawa Syekh Ibnu Baz, (30/252). Wallahu a’lam . | Alhamdulillah. Siapa yang hadir jumah harus diam. Diharamkan berbicara. Meskipun mengajak pada kebaikan dan melarang kemungkaran. Sebagaimana yang diriwayatan Bukhori, 934 dan Muslim, 851 dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda . Kalau anda mengatakan kepada temanmu Diam pada hari Jumah ketika Imam sedang khutbah, maka telah siasia. Ibnu Hamam rahimahullah mengatakan, Diharamkan dalam khutbah berbicara. Meskipun itu untuk menyuruh kebaikan atau bertasbih. Selesai dari Fathul Qodir, 268. Yang dianjurkan membangunkan orang tidur dengan perbuatan tanpa berbicara karena ada larangan hal itu. Seperti menggerakkan dengan tangannya atau semisal itu. Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya, Sebagian orang tidur ketika waktu khutbah Jumah, apakah kalau saya bangunkan termasuk siasia tidak mendapatkan pahala jumah baginya Maka beliau menjawab, Dianjurkan membangunkannya dengan perbuatan bukan dengan perkataan. Karena perkataan waktu khutbah tidak diperbolehkan. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu alaihiwa sallam . Kalau anda mengatakan kepada temanmu Diam pada hari Jumah ketika Imam sedang khutbah, maka telah siasia. Muttafaq Ala Sihhatihi sepakat keabsahan haditsnya. Dan Nabi sallallahu alaihi wa sallam memberi nama Siasia padahal dia menyuruh kebaikan. Hal itu menunjukkan wajibnya dia dan diharamkan berbicara waktu khutbah. Wallahul muwafiq. Selesai dari Fatawa Syekh Ibnu Baz, 30252. Wallahu alam . |
Indo-Islamic Article Dataset
The Indo-Islamic Article Dataset contains Islamic articles in Indonesian, collected from various web sources. The dataset supports tasks such as text classification, summarization, and sentence similarity. It was primarily used in the SEQURAN project, an Islamic knowledge-based search engine focusing on information retrieval and summarization.
Columns:
title
: The title of the article.url
: The source URL where the article was published.content
: Full content of the article.summary_content
: Automatically generated summaries of the articles using bert-extractive-summarizer and the model ramadita/indo-islamic-sentence-bert-v2.
Creators:
Ray Ramadita and Muhammad Rizki Al-Fathir. Special thanks to Muhammad Rizki Al-Fathir for contributing over 10,000 articles.
Sources:
The articles in this dataset were collected from the following websites:
- Bimbingan Islam
- Bincang Syariah
- Bersama Dakwah
- Belajar Islam
- Dalam Islam
- Detik
- Eramuslim
- Hidayatullah
- iNews
- IslamQA
- Konsultasi Syariah
- Laduni
- Muhammadiyah
- NU Online
- Pesantren Al Irsyad
- Radio Mutiara Quran
- Suara Islam
- Suara Muhammadiyah
- Fimadani
- Harakatuna
- Peci Hitam
- PISS KTB
- Dakwah
- Islami
- Muslim.or.id
- Rumaysho
- Doa Harian Islami
- Fatwa Tarjih
Usage:
This dataset is highly useful for NLP tasks, particularly in the Islamic domain. The dataset includes 45,995 training examples and 11,499 testing examples. It can be used for text classification, summarization, and sentence similarity.
Citation:
If you use this dataset, please cite it as follows:
@dataset{ramadita_indo_islamic_article,
author = {Ray Ramadita and Muhammad Rizki Al-Fathir},
title = {Indo-Islamic Article Dataset},
year = {2024},
url = {https://huggingface.co/datasets/ramadita/indo-islamic-article},
}
- Downloads last month
- 71